Don't be silent readers, and be a smart readers.
Happy reading~Matahari sudah kembali ke peradabannya, membuat hari yang tadinya terang kini berubah gelap. Awan mendung pun sepertinya turut hadir di langit sana, sebab bulan yang biasanya hadir menggantikan peran matahari justru tak terlihat sama sekali.
Semilir angin yang cukup kencang mampu membuat semua orang enggan untuk keluar rumah. Pun dengan beberapa orang yang sudah berencana kumpul di luar, menjadi urung disebabkan angin yang tak mengenakkan.
Jam yang bertengger di dinding kamar Sheika menunjukkan pukul 19.30. Teman-temannya yang baru saja bertandang itu, kompak memilih kamar Sheika untuk dijadikan tempat berkumpul.
Bukan tanpa alasan mereka mengadakan perkumpulan malam ini, disaat esok saja mereka harus sekolah.
Kumpulnya mereka saat ini, atas ajakan Sakha. Laki-laki itu yang memberitahu mereka di grup untuk datang ke rumah karena ingin membicarakan sesuatu.
Pada awalnya Sakha hanya ingin mengajak Alva dan Abel, karena kedua orang itu sudah lebih dulu tahu apa yang terjadi. Tapi bodohnya Sakha memberitahu mereka lewat grup mawar kuning, dimana Lala dan Iyan berada disana. Berakhirlah kedua orang itu juga ikut kesini, karena penasaran apa yang akan mereka bicarakan.
Karena hanya Lala dan Iyan yang belum tahu apapun soal teror yang sempat Sheika dapatkan selama ini, mereka pun di beritahu oleh Sheika dan Sakha. Tadi di taman belakang, sebelum pindah ke kamar Sheika, Sakha dan Sheika menceritakan semuanya kepada mereka.
Lala awalnya sempat kecewa karena tak diberitahu apapun oleh saudaranya itu, bahkan saat dia mengetahui bahwa sang Ayah juga jauh lebih tahu tentang apa yang terjadi di keluarga Sakha dan Sheika. Tapi kekecewaannya itu menguap, karena Lala paham bahwa mereka tak mau membuat orang lain terbebani dengan masalah mereka.
Begitu pun dengan Iyan, laki-laki itu bahkan sempat merajuk. Katanya, dirinya seperti tidak dianggap di persahabatan mereka, sampai masalah sebesar ini pun dia sama sekali tak tahu. Sama seperti Lala, Iyan juga memaklumi mereka pada akhirnya.
"Gue bilang juga apa, Arix tuh nggak baik buat lo, Shei!" Tukas Lala, setelah mendengar cerita dari Abel soal apa yang gadis itu dengar di belakang sekolah.
"Arix juga korban, La," bela Sheika.
"Tetep aja dia juga ikut andil, bahkan berani buat permainin hati lo!" Balas Lala geram.
Sheika menghela nafasnya. Apa yang dikatkan Lala memang benar, tapi entah kenapa, hatinya sulit menerima itu.
"Cerita dari Abel belum terbukti, jadi kita nggak tahu mana yang bener disini," Sakha menyahut. Dia mendengar semua percakapan antara Abel dan Sheika di mall tadi sore. Dia juga yang mengatakan tidak akan memaafkan Abel kalau ucapan gadis itu tak terbukti sama sekali.
Sheika sulit menerima kalau Arix terlibat, begitupun dengan Sakha yang tak terima saat kekasihnya sendiri justru dalang dari semua ini.
Dia ingin menyangkal bahwa Ghebby tak mungkin melakukan hal itu, dia bahkan tahu bagaimana perangai Ghebby selama ini. Jadi rasanya tak mungkin, kalau gadis cantik yang merangkap jadi kekasihnya itu turut andil dalam teror ini.
Tapi Sakha juga tak bisa menyangkal begitu saja. Sebab, dia juga kenal dengan Abel. Perempuan itu tak mungkin mengada-ngada, yang jelas-jelas tak ada gunanya untuk Abel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminos "Are Betrayed"
Teen Fiction[Sequel of ZELAND] ⚠️Dilarang mencopas/ menjiplak karya saya. Ingatlah, semua yang kamu lakukan di dunia ini, akan dicatat oleh malaikat⚠️ Hidup memang tak selamanya seperti jalan tol yang mulus, pasti ada saja batu kerikilnya. Bisa jadi hari ini k...