41. Antagonist.

30 4 0
                                    


Don't be silent readers, and be a smart readers please.

Happy reading~~

Mengetahui fakta bahwa sang kekasih terlibat dalam masalah yang sedang menimpa keluarganya, tentu saja Sheika merasa sedih. Dia tak pernah menyangks bahwa Arix ikut andil dalam permasalahan ini. Dia kira selama ini Arix tulus mencintainya, namun fakta yang dia dapat sungguh jauh diluar harapannya.

Ketika Sheika mencintainya dengan tulus, tapi justru balasan seperti ini yang dia dapat.

Sheika bahkan masih berusaha membelanya, padahal sudah jelas-jelas Arix salah.

Dan Sheika tak bisa membayangkan bagaimana jika Papanya tahu kalau Arix— laki-laki yang sudah dia percaya untuk menjadi kekasih Sheika, justru menghancurkan kepercayaannya.

Pagi ini Sheika sudah rapi dengan seragam SMA Cakrawala. Dengan mata yang sedikit bengkak akibat semalaman menangisi takdirnya sendiri. Gadis itu berusaha menutupi nya menggunakan make-up. Semoga saja tak terlihat.

Sheika keluar dari kamarnya, bertepatan dengan Sakha yang juga baru keluar dari kamarnya. Mereka saling tatap sebentar, sebelum akhirnya sama-sama memutuskan kontak mata tersebut.

Keduanya turun ke lantai bawah secara bersamaan, namun tanpa adanya obrolan.

Mereka berdua bergabung dengan kedua orang tuanya, Noah, juga keempat temannya yang semalam memang memutuskan untuk menginap disini, didorong oleh paksaan Zela juga sebenarnya.

"Maaf ya, tante bangunnya kesiangan jadi cuma bisa bikin nasi goreng buat kalian," tutur Zela ketika Sheika dan Sakha mendudukkan dirinya di bangku mereka masing-masing.

"Duh, tan, kita justru bersyukur banget udah dibikinin sarapan sama tante," sahut Iyan.

"Nasi goreng buatan tante Zela itu juara tau nggak si! Jadi ini bukan 'cuma' tapi spesial," timpal Lala.

Zela tersenyum mendengar pujian keponakannya itu, "Bisa aja kamu!"

"Harusnya tante nggak usah repot-repot bikinin kita sarapan. Kita yang nggak enak jadinya," Abel menyahut berbeda. Dirinya merasa sudah merepotkan pemilik rumah.

Zela menggeleng pelan, "Tante nggak merasa repot sama sekali kok. Lagipula ini udah jadi resiko tuan rumah yang harus menjamu tamunya sebaik mungkin supaya nyaman ada disini," balas Zela cukup panjang.

"Silahkan di makan, nanti kalian telat lagi," titah Zela, menyuruh mereka semua untuk makan.

"Siap tan!" Sahut Iyan dan Lala dengan antusias. Keduanya bahkan langsung menyantap nasi goreng itu dengan khidmat. Sebab, rasa dari nasi goreng yang hadir di mulut mereka tak boleh dilewatkan begitu saja.

Mereka semua makan dengan tenang. Sampai beberapa menit kemudian, makanan yang terhidang di piring masing-masing sudah tandas tak tersisa.

Para perempuan membantu Zela untuk membawa piring kotor ke dapur, sedangkan yang laki-laki langsung bersiap untuk berangkat sekolah.

Setelah selesai, Sheika, Sakha dan teman-temannya berlalu menuju teras rumah. Mereka berpamitan kepada Zela dan Roland, kemudian pergi dengan motor masing-masing. Lebih tepatnya, Sakha dengan Sheika, Alva dengan Noah, Abel dengan Lala, dan Iyan sendiri.

Geminos "Are Betrayed"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang