7. Minor Incident.

18 4 3
                                    

Jangan lupa vote dan komennya,
Setidaknya hargai tulisan ini ya..
Happy reading and enjoy!!

*****

Setelah menaruh motornya di parkiran, Sakha langsung berjalan memasukki gedung sekolah. Berjalan melewati setiap koridor yang ada di sana.

Tadi, ia berangkat bersama Sheika. Namun, gadis itu meninggalkannya dan berkata bahwa hari ini adalah jadwalnya piket, jadi ia harus segera sampai dikelas untuk membersihkan ruangan yang menjadi tempat belajarnya itu.

Kondisi koridor saat ini belum terlalu ramai, mungkin karena masih pagi. Walaupun tak ramai, tetap saja kuping Sakha tidak sepi. Laki-laki itu tak jarang menerima sapaan dari orang-orang yang dilewatinya, bahkan ia bisa mendengar decakan kagum para perempuan yang mabuk cogan. Tapi, Sakha tak pernah menanggapi hal itu, bukannya sombong Sakha terlalu malas untuk membalasnya.

Sesampainya dikelas, laki-laki itu langsung duduk ditempatnya. Ia melirik ke kursi sebelahnya, ada tas Alva disana tapi pemiliknya tidak ada. Mata Sakha berkeliling ke penjuru kelas, mencari pemilik tas tersebut. Namun, orang yang ia cari itu tidak ada disana.

Karena tak ada yang mengajak ngobrol, Sakha mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Bermain dengan benda pipih tersebut, scrool sosial media dan memberi makan anaknya. Anak yang dimaksud adalah aplikasi permainan yang pernah ramai dibicarakan dulu, yaitu pou. Sakha akan memainkan itu jika ia merasa bosan.

Ting.

Sakha mengerutkan kening ketika ada notifikasi masuk kedalam ponselnya. Siapa yang mengirim pesan padanya pagi-pagi seperti ini?

Ghebby.

Gue udah naruh bekal makanan di bawah meja kak Sakha.
Dimakan ya, kak. Itu gue nyiapin sendiri spesial buat kak Sakha^_^

Bekal? Sakha langsung membungkukkan badan untuk melihat isi dibawah mejanya. Ternyata benar, memang ada kotak makanan disana.

Sakha menyimpan ponselnya, dan tidak ada niat untuk membalas pesan dari adik kelasnya tersebut. Ia langsung mengambil kotak makanannya, dan membukanya.

Terdapat satu porsi sandwich disana. Kelihatannya sih enak, tapi sayang Sakha sudah sarapan dan perutnya tidak dapat menampung makanan lagi.

"Tumben lo bawa bekal," Alva datang dan langsung duduk disebelah Sakha, laki-laki itu cukup heran melihat bekal yang ada dihadapan Sakha.

"Bukan gue," jawab Sakha.

Dahi Sakha berkerut, "lah terus?" Tanyanya bingung, ia kira Sakha yang membawa bekal.

"Ghebby," ucap Sakha.

Alva diam, mencoba untuk mencerna ucapan Sakha barusan. Bukannya Alva lemot, hanya saja Sakha yang terlalu irit dalam berbicara.

"Oh, gak dimakan?" Tanya Alva setelah berhasil mencerna ucapan Sakha.

Sakha hanya menggeleng, ia menutup bekal itu dan menyimpannya kembali di kolong meja.

"Hargain Sak, kasian," Alva merasa kasihan kepada Ghebby. Pasti perempuan itu sudah rela menghabiskan waktu paginya hanya untuk membuatkan Sakha makanan, tapi yang dibuatin malah gak makan.

"Kenyang," Alva hanya bisa menghela nafasnya. Sedikit jengah dengan sikap Sakha yang sangat irit sekali berbicara, satu kata yang terkadang membuat orang-orang bingung maksud dari perkataannya itu.

"Yaudah, lo makan pas istirahat aja," usul Alva, yang hanya dibalas deheman pelan oleh Sakha.

"Oh iya, besok-"

Geminos "Are Betrayed"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang