38. The Reason.

15 2 0
                                    

Jangan lupa vote nya!
Yuk, nggak boleh pelit. Kalo kata anak kecil jaman dulu, kalo pelit kuburannya sempit.
Hehe, peace✌️🏻
Happy Reading!!

Semenjak mendengar pembicaraan antara Samuel dan Ghebby di belakang sekolah tadi siang, Abel jadi tak tahu harus bagaimana.

Dia ingin sekali memberi tahu apa yang dia dengar kepada Sheika ataupun Sakha, tapi Abel takut mereka tak akan mempercayainya. Apalagi Abel tak punya bukti kuat untuk membuat mereka percaya.

Abel menyayangkan dirinya karena tidak kepikiran untuk merekam percakapan kedua orang itu. Kalau saja otak Abel bekerja lebih cepat, pasti dia akan langsung merekam suara mereka, lalu memberitahu Sheika, dan Sheika juga akan percaya padanya.

"Bodoh, lo bener-bener bodoh, Bel!" Abel mengetukkan kepalanya sendiri, menggunakan kedua tangannya yang mengepal.

"Kenapa bisa-bisanya nggak kepikiran buat rekam suara mereka!" Gumamnya kesal. Rasanya, kalau waktu bisa diputar kembali, Abel akan menyiapkan ponselnya untuk merekam pembicaraan mereka. Sayangnya, dia tinggal di dunia nyata, bukan kartun fantasi.

"Gue harus gimana?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Gadis itu saat ini sedang berada di kamarnya, berjalan mondar-mandir di depan kasur seperti setrikaan. Sesekali mengigiti kukunya, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Sungguh, Abel bingung harus berbuat apa. Lagipula kenapa harus dirinya yang mendengar percakapan Samuel dan Ghebby, kenapa bukan orang lain saja?

Pintu kamarnya terbuka, menampakkan seorang laki-laki yang usianya lebih tua dari Abel. Kaisar berdiri disana, matanya menatap Abel yang masih asik mondar-mandir tanpa menyadari kehadirannya.

Kaki Kaisar melangkah lebih dalam, lalu duduk di ujung kasur kebesaran milik adiknya. Bahkan sampai saat itu pun, Abel masih tak sadar ada dirinya.

Kaisar dibuat bingung, ada apa dengan adiknya ini? Dia pulang ke rumah ingin memastikan apa adiknya baik-baik saja, tapi yang dia dapat justru seperti ini. Entah kenapa Kaisar merasa adiknya itu sedang mendapat masalah, maybe?

Hingga tatapan Abel tak sengaja bergulir kearah kasurnya, barulah gadis itu sadar kalau ada orang lain selain dirinya disana.

Kalau Abel tak ingat abangnya ada di rumah, mungkin dia akan refleks kabur sekarang. Bisa dikatakan Abel mengira bahwa sosok yang sedang duduk di ujung kasurnya itu, adalah makhluk tak kasat mata yang sedang menyerupai abangnya.

Abel berhenti mondar-mandir seperti tadi, kakinya kini melangkah menuju abangnya, "lo kapan masuknya, bang?" Gadis itu mendudukkan diri di samping abangnya, sambil bertanya dengan nada bingung.

Kaisar mendengus pelan, "udah daritadi, lo nya aja asik mondar-mandir kayak setrikaan," sahutnya.

"Kenapa si?" Tanya Kaisar sebelum Abel menyela sahutannya.

Abel menaikkan sebelah alisnya, terkejut mendengar pertanyaan Kaisar. Sebelum akhirnya menggeleng pelan, menandakkan bahwa dia baik-baik saja.

"Jujur aja si, ke abang sendiri ini bukan ke orang lain," kata Kaisar.

"Udah jujur loh ini, lo mau gue jawab apa lagi?"

Geminos "Are Betrayed"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang