28. New Information.

120 4 2
                                    

Jangan lupa vote dan komennya,
Selamat membaca💜

******

Sakha dan Sheika masih diam tak bersuara, menoleh kesamping pun tidak. Mereka masih menundukkan kepalanya, teralu takut untuk bergerak barang sedikit pun. Aura Papa mereka saat ini sangat kuat, terlebih mereka tahu bagaimana sang Papa jika sedang marah.

Roland sendiri juga sama, entah diam karena apa. Tapi jujur dia merasa kecewa, merasa menjadi ayah yang gagal. Anaknya sedang tertimpa masalah saja dia tak tahu. Dan malah keduluan oleh Angga.

Roland hanya mendengar setengah pembicaraan mereka, saat turun kebawah tadi Roland tak sengaja melihat pintu kaca yang mengarah ke kolam renang terbuka, karena ia penasaran jadi dia menghampirinya. Dan berhenti untuk bersembunyi dibalik pintu tersebut setelah mendengar pembahasan anaknya dengan Angga.

"Posisi Papa udah bergeser ya ke om Angga?"

Ucapan Roland seolah menyindir kedua anaknya, membuat mereka semakin tak enak hati, juga takut untuk berhadapan langsung dengan Papanya.

"Kenapa cuma cerita ke om Angga? Papa bukan Ayah kalian ya?" Lagi, ucapan Roland membuat hati mereka tersentil.

Baik Sakha maupun Sheika belum berani membuka suaranya. Walaupun Sakha memiliki sifat yang sama dengan Papanya, tapi jujur dia cukup takut melihat Papanya seperti ini.

Helaan nafas terdengar dari bibir Roland, ia menyadari bahwa ucapannya tadi pasti menyakiti hati kedua anaknya.

"Jangan nunduk terus, Papa disamping kalian bukan dibawah sana," tegas Roland. Entahlah, dia memang menyadari bahwa dia cukup keras dengan anaknya, tapi Roland memang susah untuk mengendalikan dirinya sendiri.

Sontak keduanya mengangkat kepala, menatap Roland dengan takut. Tapi tetap tidak membuka suara.

"Dari kapan?" Tanya Roland.

"Se-sekitar sebulan yang lalu, Pa," cicit Sheika.

"Terus kalian gak ada yang kasih tau Papa? Dan lebih milih untuk cerita ke om Angga," Sorot kecewa itu terlihat jelas di mata Roland. Sheika dan Sakha bisa melihatnya.

"Maaf, Pa. Kita gak mau bikin Papa khawatir," Sakha bantu menjawab. Karena ini semua juga karena dirinya, dia yang memberi tahu Angga terlebih dahulu.

Roland kembali menghela nafasnya, "Papa ini Ayah kalian, masalah kalian akan jadi masalah Papa juga. Papa bakal lebih khawatir kalau kalian gak kasih tahu Papa," ujarnya.

Setelahnya keadaan hening, ketiganya sama-sama diam, larut dengan pikiran masing-masing. Tidak untuk Roland sebenarnya, ayah tiga anak itu sedang mengontrol emosinya.

"Coba ceritain lebih jelas, Shei," titah Roland.

Mendengar itu, Sheika refleks menatap Sakha. Seolah meminta pendapat kepada saudara kembarnya, haruskah ia bercerita? Dan Sakha yang tahu maksud dari adiknya itu langsung mengangguk kecil.

"Umm.. Sebulan yang lalu, Shei dapet pesan dari nomor yang gak dikenal. Awalnya Shei kira itu cuma orang iseng atau salah sambung, karena Shei juga gak dapet pesan itu lagi setelahnya. Terus sekitar satu minggu lebih, pesan itu dateng lagi pake nomor yang berbeda. Dan dari situ Shei tahu kalau itu bukan pesan dari orang iseng, atau salah sambung. Pesan itu semacam teror yang Shei gak tau motif dari si pengirim pesan itu apa? Dan kemarin Shei dapet pesan lagi kalau ternyata targetnya bukan cuma Shei aja," jelas Sheika, walaupun tidak mendetail setidaknya ia menceritakan inti dari pesan misterius yang diterimanya sebulan ini.

"Sakha yang lebih dulu tahu kalau pesan itu memang teror untuk Sheika, Sakha yang kasih tau om Angga soal masalah ini, sekalian minta bantuan beliau juga," Sakha ikut menyahut. Karena dia juga ikut menyembunyikan masalah ini dari orang tuanya, terlebih dia yang memberitahu ini kepada Angga.

Geminos "Are Betrayed"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang