37. It turns out they.

26 3 2
                                    

Vote yuk,
Jangan pelit.
Tapi yaudahlah, pasrah aja aku mah.
Selamat membaca.

Istirahat kali ini, Lala dan Iyan berencana untuk menarik sahabat mereka agar bisa berkumpul dengan formasi yang lengkap.

Beberapa hari lalu, mereka memang bodo amat dengan semua ini, tapi dibalik sikap tak peduli mereka itu. Iyan dan Lala justru sering berdiskusi tiap malam, apa hal yang menyebabkan mereka jadi renggang seperti ini.

Makanya kali ini, Lala mengajak Iyan untuk mengumpulkan mereka semua. Lala merasa sedang ada yang tidak beres diantara mereka. Walaupun nantinya mereka tidak mau memberikan jawaban, setidaknya Lala sudah berhasil mengumpulkan mereka.

Dan disinilah mereka sekarang, rooftop SMA Cakrawala. Yang biasanya ditempati oleh Arix dan teman-temannya, kali ini mereka yang ambil alih. Bahkan Lala dengan sengaja mengunci pintu rooftop, agar tidak ada satu orang pun yang masuk selain mereka berenam.

Semuanya sudah berkumpul disini, Lala tadi menarik Abel dan Sheika dengan terpaksa. Padahal Lala tahu tujuan mereka kemana, Sheika pasti ke Arix, dan Abel pasti ke perpustakaan.

Lain lagi dengan Iyan yang dengan terpaksa menyeret Sakha juga Alva. Tadinya kedua orang itu tidak mau, apalagi Sakha. Tapi dengan berbagai alasan yang Iyan keluarkan, akhirnya mereka pasrah saja.

Lala berjalan menuju pembatas rooftop, memegang pembatas itu sambil menikmati semilir angin yang berhembus menerpa kulit wajahnya. Beruntung cuaca hari ini sedang sejuk, tidak panas seperti hari-hari sebelumnya. Kalau panas, mana mau Lala mengajak mereka semua kesini. Bukannya ngobrol, yang ada malah gosong nanti.

"Terakhir kumpul dengan formasi lengkap gini, waktu di Sydney kan ya?" Ucap Lala tanpa membalikkan badannya.

Semua orang yang ada disana menatap Lala, mereka tak tahu apa yang sedang direncanakan oleh gadis itu.

"Lo ngapain ngajak kita kesini, La?" Sakha yang pertama kali bertanya. Mungkin sedikit kesal, karena harusnya dia bertemu Ghebby, menghabiskan waktu istirahatnya dengan sang kekasih justru malah ditarik Iyan kesini.

Lala berbalik, menatap teman-temannya yang sedang duduk di bangku panjang yang ada disana. Deketan, tapi diem-dieman.

"Sebenernya ada hal yang pengen gue omongin si. Tapi tujuan gue bawa kalian kesini, cuma pengen kumpul aja," jawab Lala. Pandangannya dia turunkan kebawah, menatap kakinya yang terbalut sepatu.

"Lo kalau mau ngomong sesuatu langsung aja deh, La. Gue abis ini mau langsung ke perpus soalnya," ucap Abel. Entah memang ada perlu di perpustakaan, atau ada hal lain yang sedang dihindari oleh gadis itu.

Tatapan Lala kini berpindah ke Abel, "Lo nggak bisa ngumpul dulu sama kita hari ini, Bel?" Tanyanya.

Abel menggeleng pelan, "Ngg-"

"Lo ngapain aja sih di perpustakaan, sampe nggak bisa kumpul sama kita. Padahal udah lama loh kita nggak kumpul."

Mendengar kalimat yang baru saja dikatakan oleh Lala, entah kenapa Abel merasa tak terima. Ada alasan kenapa dia selalu di perpustakaan setiap istirahat. Itulah pikirnya.

"Gue ada keperluan, La. Kita udah kelas 12, udah masuk semester 2. Gue perlu belajar untuk mempersiapkan ujian nanti. Gue bukan Sheika, Sakha ataupun Alva yang bisa paham materi dengan gampang. Gue perlu waktu buat memahami itu," balas Abel menggebu. Memang selama ini dia ke perpustakaan untuk membaca buku, atau mengulang materi yang pernah dia pelajari di kelas 10 atau 11. Walaupun masih ada tujuan lain selain itu.

Geminos "Are Betrayed"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang