39. Tell Her

15 2 0
                                    

Be a smart readers and don't be silent readers.
Happy reading~

Ingatan tentang percakapan antara Samuel dan Ghebby di belakang sekolah masih terus berputar di kepala Abel.

Sudah beberapa hari terlewati sejak hari itu, dan Abel masih belum memberanikan diri untuk mengatakannya secara langsung kepada Sheika.

Gadis itu memang sudah memutuskan akan memberitahu Sheika, tapi entah kenapa hatinya resah. Keraguan itu selalu ada setiap kali dia ingin jujur.

Abel takut akan segala resiko yang dia terima nanti, bagaimana kalau Sheika tak percaya dan menuduhnya berbohong? Bagaimana kalau sahabatnya itu justru balik menjauhinya. Tentu Abel tak mau itu terjadi.

Perkataan Abangnya hanya dia serap saat itu saja, saat hari sudah berubah nyali nya pun kembalu ciut.

Abel berdecak pelan, tapi decakannya itu sukses mengalihkan perhatian kedua orang di depannya.

"Kenapa sih lo?" Suara Iyan yang pertama kali terdengar di telinganya.

"Tau nih, daritadi diem aja," Lala menyahuti.

Abel menoleh ke arah mereka berdua yang kebetulan duduk di hadapannya.

Saat ini mereka bertiga berada di kantin, karena jam istirahat sedang berlangsung.

Hanya mereka bertiga. Jangan tanyakan Sakha, dan Sheika, karena sudah pasti si kembar sedang asik dengan kekasih masing-masing. Kalau Alva, palingan mojok dengan buku-buku tebal di perpustakaan.

"Gapapa," Abel menjawab dengan senyum tipis di wajahnya.

"Apal banget gue, kalau cewek bilang gapapa tuh pasti ada apa-apa, iya, kan? Ayok jujur sama gue!" Sahut Iyan, sepertinya sudah hafal sekali dengan tabiat seorang wanita.

Tapi wajar sih, dari kecil kan Iyan sudah bersahabat dengan dua perempuan.

Sebuah toyoran pelan pada kepalanya Iyan dapatkan setelah dia mengatakan itu.

"Lo tuh ya, sekali aja nggak noyor gue nggak bahagia hidup lo kayaknya," cerocos Iyan sambil mengusap bagian kepala yang ditoyor oleh Lala.

"Emang iya!" Timpal Lala dengan wajah tanpa dosanya.

Iyan mendengus, sudah tak heran kalau Lala.

"Tapi bener sih kata Iyan, lo beneran gapapa, Bel?" Lala menatap khawatir pada Abel.

"Ujung-ujungnya juga setuju kan lo sama gue," cibir Iyan, masih kesal dengan aksi toyoran Lala tadi.

"Diem deh lo!" Semprot Lala.

Lagi-lagi Iyan mendengus, dirinya juga pada akhirnya yang di semprot.

Untuk menghadapi perempuan seperti Lala memang harus mempunyai kesabaran ekstra.

"Beneran kok, La, gue gapapa," jawab Abel, sekaligus menengahi perdebatan unfaedah kedua kaum Adam dan Hawa itu.

Lala menatap Abel dengan pandangan menelisik, tapi kemudian lanjut memakan cilok nya setelah dirasa tak ada yang mencurigakan dari Abel.

Geminos "Are Betrayed"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang