Pulih

18K 1.5K 87
                                    

#Rumah Arrasya

              Ruang keluarga rumah mendiang Kakek dan Nenek Arrasya diisi oleh tiga orang bergander sama. Satu orang duduk bersila diatas sofa dengan memakai sarung dan masih menggunakan plaster demam.
         
Tangannya tak berhenti memencet tombol pada stik PS dengan mata tak lepas dari layar televisi dan mulutnya yang komat kamit mengoceh ini itu.

"Jangan kekiri.. ahh.. jangan... kanan.. bukan kesitu.. maju.. lari..." itu hanya segelintir ocehan yang Arrasya ucapkan dengan cepat ikut terpancing emosinya dalam bermain PS.
           
Meski masih memakai plaster demam, sebenarnya Arrasya sudah pulih. Memang seperti ini. Jika hanya terserang demam, dalam satu hari atau paling lama dua hari Arrasya pasti sudah sembuh.
          
Sedangkan dua orang lainnya duduk diatas karpet berbulu tipis tepat dibawah Arrasya. Salah satu diantaranya sama seperti Arrasya, jari jarinya memencet tombol stik PS dengan cepat tetapi tetap santai.
          
Erick lebih tenang menghadapi Arrasya. Matanya sangat fokus menatap kedepan tanpa banyak berbicara seperti Arrasya. Sedangkan di sebelah Erick ada satu orang lagi yang sibuk melakukan kegiatannya sendiri.
         
Tangannya bukan memegang stik PS seperti Arrasya dan Erick, justru Altha memegang sebuah pisau. Pisau ini digunakan Altha untuk mengupas memotong buah Apel dan melon yang ia beli sewaktu perjalanan pulang sekolah sambil sesekali memakannya.         
           
Tepat satu jam yang lalu Altha dan Erick pulang dari sekolah. Terlebih dahulu mereka pulang ke rumah masing masing sebelum pergi ke rumah Arrasya lagi. Mereka harus berganti pakaian dan mengambil PS yang digunakan Arrasya dan Erick mainkan sekarang.
     
"Bang Erick curang!!" Kesal Arrasya menyandarkan punggungnya ke sofa.
           
Setelah berjuang mempertahankan hidup dan mati dalam bermain PS, akhirnya Arrasya berhasil dikalahkan oleh Erick. Padahal belum sepuluh menit Arrasya bermain bersama Erick.
            
Erick yang diprotes tak terlalu banyak merespon, bahkan dengan santainya mengambil satu potong buah yang Altha potong lalu memasukkannya ke mulut.

"Besok berguru lagi sama gue." Balas Erick dengan congkak seraya mengunyah.
      
Altha menatap Erick sengit sembari membalikkan badannya. Tangannya mengulurkan piring berisi buah apel dan melon itu kehadapan Arrasya. Selepas Arrasya menerima piring itu, tangan Altha beralih mengambil stik PS yang ada di pangkuan Arrasya.

"Makan buahnya dulu baru lanjut ngedumel, udah gue kupasin. Harus habis pokoknya." Ucap Altha kembali ke posisi semula untuk bersiap siap bertanding dengan Erick.

"Makasih Bang." Balas Arrasya tulus walau masih sedikit terbawa kesal.

"Lu tenang aja Ar. Biar gue babat habis nih orang." Ujar Altha melihat sekilas Erick sengit sebelum fokus menatap layar televisi.

"Ihh takut." Kata Erick dibuat buat untuk meremehkan Altha.

"Oke, kita mulai sekarang." Tantang Altha memulai permainan.

"Kalah jangan nangis lu ya." Ucap Erick congkak.             

"Gue? Kalah? Gue traktir lu ke mang didin satu minggu. Kalo lu kalah, elu yang traktir." Balas Altha.

"Oke. Deal."

Erick tak takut sama sekali, ia tetap bermain santai karena Erick tau pasti ia akan menang. Katakan dia sombong, tapi memang itu buktinya. Dari ke tiga orang itu, Ericklah yang paling menguasai dalam bermain game.
             
Beberapa menit bermain Altha sudah heboh mendumel dengan sedikit umpatan yang ditujukan kepada Erick. Namun itu sama sekali tidak mempengaruhi konsentrasi Erick.
             
Arrasya yang ada dibelakang kedua orang itu menjadi penonton permainan yang ada di layar televisi dengan mulut tidak pernah berhenti mengunyah.
            
Tak lama samar samar telinga Arrasya mendengar suara motor yang mendekat. Arrasya langsung bangkit dari duduknya lalu pergi memastikan apa yang ia dengar sembari membawa piring yang Altha berikan tadi.
            
Arrasya melewati Altha begitu saja yang membuat Altha mengumpati Arrasya karena menganggu konsentrasinya. Beruntungnya sedikit gangguan dari Arrasya tak sampai membuat Altha kalah dari Erick.
           
Membuka pintu utama rumah itu, perkiraan Arrasya benar. Si Blacky datang dengan Bima yang mengendarainya.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang