Keluarga?

21.5K 1.6K 81
                                    



#Rumah Sakit Merdeka

Suasana berubah menjadi tegang. Semua orang di ruangan itu terdiam karena ucapan Arrasya. Tetapi Arrasya tidak mempedulikannya.

"Selagi saya masih bisa sopan, kalian silahkan keluar dari sini. Pintu keluar ada di sebelah sana kalau kalian tidak tau." Lanjut Arrasya mengucapkan itu tanpa ragu. Salah satu tangan Arrasya mengambang di udara mengarahkan ke pintu di ruangan itu.

Setelah melihat wajah mereka satu persatu, Arrasya mengenali mereka semua. Kecuali wanita yang berada di sampingnya. Itu sudah cukup menjawab tentang semua hal yang mengganggu pikirannya akhir akhir ini.

"Arsy.. dengarkan dulu.." ucapan Rizky kembali terpotong oleh Arrasya.

"Tidak ada lagi yang perlu didengarkan. Sebaiknya kalian pergi sebelum kesabaran saya habis." Potong Arrasya menatap datar.

Kekhawatiran yang melanda Rizky dari semalam benar benar terjadi sekarang. Arrasya sama sekali tidak menerima kehadiran Rizky beserta yang lainnya.

"Arsy, kita adalah keluargamu. Kamu adik Abang." Sahut Keenand tak tahan untuk ikut membuka suara.

Arrasya beralih menatap Keenand lalu menarik satu ujung bibirnya keatas. "Keluarga siapa yang kalian maksud? Saya? Adik? Keluarga? Kalian?" Ucap Arrasya bertanya tanya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Arsy.." panggil Bagas untuk mengalihkan Arrasya.

"Wahh benar benar lucu sekali. Haii.. Tolonglah, ini bukan waktu Indonesia bercanda. Hentikan lelucon kalian." Potong Arrasya menatap malas mereka semua.

"Tuan Nyonya, Kakek, Bapak Ibu, Om Om, Abang Abang, mas mas sekalian. Mohon maaf jika saya tidak sopan tetapi saya minta kalian segera pergi. Saya tidak tertarik dengan hal seperti ini." Imbuh Arrasya merubah wajahnya menjadi tersenyum manis.

"Arsy." Gertak Keenand lepas kendali sampai menaikkan sedikit nada bicaranya.

"Apa?" Balas Arrasya juga menaikkan sedikit suaranya.

Entah keberanian muncul darimana Arrasya bisa mengucapkan itu. Arrasya juga tak gentar menatap tajam Keenand, begitu juga Keenand yang membalas tatapan Arrasya.

Beberapa saat kemudian perang mata itu terputus karena Arrasya membuang pandangannya terlebih dahulu. "Ck orang pada sawan semua." Gerutu Arrasya tanpa menimbulkan suara.

"Setidaknya dengar dulu apa yang akan kita jelaskan." Pinta Bagas ikut membujuk.

"Dua telinga saya masih berfungsi baik, saya sudah mendengar ocehan kalian. Sekarang saya harus mendengar apa lagi?" Ucap Arrasya kembali memasang wajah datarnya.

"Arsy, jangan melampaui batas." Sahut Keenand mengeraskan rahangnya.

"Kenapa? Kalian mau anggap saya tidak tau tata krama? Tidak sopan? Berandalan? Silahkan. Saya tidak perlu terlihat baik di mata kalian." Balas Arrasya.

Arrasya memberikan jeda untuk menetralkan kembali emosinya. Berbicara tentang masalah ini sangatlah menguras emosi Arrasya.

Bagaimana tidak emosi? Luka yang selama ini Arrasya coba tutupi sekarang kembali di buka. Bahkan di buka oleh pembuat luka itu sendiri.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang