#Rumah Arrasya
Seperti dugaan Altha, sekarang Arrasya tengah terserang demam. Suhu tubuh Arrasya naik setelah Altha cek, ketika Arrasya masih didalam mobil tadi.
Arrasya yang sudah nyenyak tidur membuat Altha dan Erick harus membantu satu sama lain untuk menggendong Arrasya masuk ke dalam rumah dengan hati hati agar tidak sampai membangunkannya.
Sampai di kamar yang terletak di lantai satu, mereka langsung membaringkan dan menyelimuti Arrasya dengan selimut. Sekali lagi Erick menyentuh dahi Arrasya untuk mengecek suhu tubuhnya."Makin panas Al, coba elu cari plaster demam di lemari biasa." Titah Erick kepada Altha.
"Tunggu, gue cek dulu." Balas Altha berjalan kearah lemari obat.
"Nah nih ada, sisa satu." Ucap Altha setelah menemukan plaster demam bayi di lemari tempat obat obatan kemudian menyerahkannya kepala Erick.
Perlahan Erick menempelkan benda itu pada dahi Arrasya agar tak sampai mengganggu tidur Arrasya yang nyenyak."Plasternya tinggal itu doang. Besok gue stok lagi. Ni anak kalo nggak diingetin mana mau beli dia." Gerutu Altha sambil duduk di sofa panjang dekat ranjang.
Malam ini mereka berdua harus menginap di rumah Arrasya untuk menemaninya sampai esok hari. Karena mereka tidak mungkin meninggalkan Arrasya dalam kondisi seperti ini.
Altha dan Erick memang sudah biasa menginap di rumah Arrasya saat ditinggal kerja orang tua, sekedar berkumpul jika memiliki waktu luang, ataupun menjaga Arrasya ketika sakit.
Orang tua Altha dan Erick pun tak pernah melarang mereka karena orang tua Altha dan Erick cukup mengenal dengan baik seorang Arrasya."Mau dibangunin kagak? Buat makan." Tawar Altha.
"Nggak usah, orang tidurnya udah pules gitu." Balas Erick membenahi selimut yang menyelimuti tubuh Arrasya.
"Berasa punya Bayi gede gue." Gumam Altha masih bisa didengar Erick.
"Sama, Al." Sahut Erick berjalan mendekati Altha dan duduk disampingnya.
"Huhh... kenapa hidup lu kayak gini sih Ar?" Ujar Altha setelah menghembuskan nafas beratnya.
"Gue nggak tega liat Arrasya gini terus, Rick. Orang sebaik dia harus hidup kayak gini.."
"Sendirian, sementara dia nggak tau satupun orang yang masih satu keluarga sama dia. Pasti berat buat dia." Kata Altha menatap Arrasya yang tidur.
"Yang gue tau, dia orang kuat." Sahut Erick.
"Ya, dia emang kuat sampe nanggung semuanya sendirian. One more, dia masih sehat wal afiat mental sama fisiknya sampe sekarang aja itu udah nunjukin ke gue seberapa hebatnya dia." Ujar Altha masih memandang lekat Arrasya.
Melihat tidur Arrasya yang nyenyak membuat hati Altha lega. Altha menjadi teringat saat Arrasya menceritakan sedikit kisah hidupnya.
"Apa iya keluarganya sendiri yang ngebuang dia? Apa tega mereka ngebuang anak kandungnya sendiri? Apa mereka nggak menyesal sampe sekarang? Seenggak maunya kah mereka kalo Arrasya ada di tengah mereka?" Rentetan pertanyaan retorik itu begitu saja keluar dari mulut Altha ketika mengingat apa yang Arrasya katakan.
"Kalo mereka tahu Arrasya tumbuh dengan baik sampe sekarang apa mereka bakal dateng buat ngehancurin Arrasya sekali lagi?" Tambah Erick.
"Elu juga mikir sama kayak gue?" Pertanyaan itu kini Altha tujukan kepada Erick.
"Lingkungan pertama Arrasya pasti keluarganya. Jadi kemungkinan besar pelakunya ya keluarganya sendiri." Jawab Erick berteori.
"Tapi kemungkinan ini belum tentu benar. Apapun bisa terjadi di masa lalu. Bisa jadi keluarganya atau bahkan orang yang berniat jahat sama keluarga kandung Arrasya. Kita nggak tau pasti." Lanjut Erick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...