#Kediaman Adhiasa's familySinar matahari sore menerobos gorden putih mengganggu tidur si pemilik kamar. Mata Arrasya yang tadinya terpejam damai mulai bergerak gusar.
Membuka matanya lebar, Arrasya segera bangun dari tidurnya karena menyadari ia tertidur cukup lama. Sembari menggaruk kepalanya yang gatal mata Arrasya melihat ke sekitar, hanya ada Arrasya sendiri di ruangan itu.
Arrasya ingat terakhir kali dirinya bersama Nadia. Tapi sekarang Nadia tidak ada di kamar itu, posisi tidurnya juga berubah.
Menyibakkan selimut di tubuhnya, Arrasya lalu berjalan gontai keluar kamar tanpa berniat mencuci wajahnya dahulu. Tidak ada tujuan pasti Arrasya mau pergi kemana.
Sampai di depan kamar, Arrasya mendapati lorong itu sepi seperti pertama kali ia menginjakkan kakinya di sini. Tanpa berpikir panjang Arrasya mulai berjalan menuruti instingnya.
Pertama-tama, Arrasya menaiki lift yang ada diujung lorong untuk turun ke lantai satu. Lift yang sama seperti yang ia gunakan bersama Nadia tadi.
Tiba di lantai satu, Arrasya melanjutkan langkah kakinya entah kemana arah tujuannya. Arrasya terus berjalan dengan mata yang tak lepas melihat lihat ke sekelilingnya.
Setiap sudut yang ia lalui sudah cukup menyedot perhatiannya hingga membuat Arrasya tidak memikirkan hal lainnya lagi. 'Pasti mehong.' batin Arrasya.
Bukan hanya terlihat mewah dari luar, tetapi di dalamnya justru terlihat lebih mewah.
Arrasya sampai mengabaikan fakta bahwa ini adalah pertama kalinya dia berada di Mansion itu. Yang artinya dia tidak tau sama sekali tentang Mansion itu.
Tak lama berjalan Arrasya segera menyadari itu. Namun, sepertinya terlambat. Arrasya baru menyadari dirinya tersesat ketika dia berada di tengah tengah lorong dengan empat cabang. Di depan, belakang, kanan dan kiri Arrasya.
Arrasya menggaruk belakang kepalanya bingung. Arrasya benar benar tersesat di rumahnya sendiri. Dia tak tau sekarang berada di mana.
"Ini gue ada di mana? Gimana juga gue baliknya? Kenapa sepi amat sih?!" Kesal Arrasya karena tak tau jalan kembali.
Salahkan saja keluarganya itu, kenapa membangun rumah terlalu besar hingga membuatnya tersesat.
Ingin bertanya, namun satu pun orang tidak ditemui oleh Arrasya, sekalipun itu maid atau penjaga yang bertugas. Ingin menghubungi yang lain, Arrasya justru lupa membawa handphonenya.
Ide cemerlang memasuki otak Arrasya. Bukankah bisa berteriak? Pasti semua orang langsung datang. Itu yang ada di otak Arrasya saat ini. Namun, ide itu diurungkan Arrasya saat mendengar sesuatu.
Telinga Arrasya sayup-sayup mendengar suara bola yang bersentuhan dengan lantai. Tersenyum senang, Arrasya segera mendekati sumber suara itu.
Suara itu membawa Arrasya ke salah satu taman samping Mansion yang terdapat sebuah kolam renang sekaligus lapangan basket kecil di dekatnya.
Di lapangan basket kecil itu, Arrasya bisa melihat Bara sedang bermain basket sendirian.
"Abang." Panggil Arrasya menghentikan pergerakan Bara.
"Arsy, jangan lari lari." Peringat Bara kepada Arrasya berlari kearahnya sembari tersenyum tanpa mengindahkannya.
"Kenapa kamu bisa sampe sini?" Tanya Bara ketika Arrasya sampai di hadapannya dengan nafas sedikit tidak beraturan.
"Hehe.. nggak sengaja liat Abang di sini makanya langsung Arsy samperin." Alibi Arrasya tak ingin Bara tau jika dia sebenarnya tersesat.
"Bilang aja nyasar." Ucap Bara yakin seratus persen Arrasya pasti tersesat tanpa harus Arrasya mengatakannya. Arrasya hanya mampu membalas ucapan Bara itu dengan senyum tiga jari sampai semua gigi rapinya terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...