#Malam Hari
Tengah malam buta gerbang besar Mansion kediaman keluarga Adhiasa terbuka mempersilahkan masuk seorang pemuda. Orang itu bukan Tamu apalagi orang asing, justru orang itu salah satu dari Keluarga Adhiasa. Tuan mereka.
Langkah kaki tegapnya diikuti oleh dua orang penjaga yang berjalan di belakangnya sembari menyeret koper besar di masing masing tangan penjaga itu.
Jarak Gerbang ke Mansion tidaklah dekat, tapi mau tak mau orang itu terpaksa berjalan kaki meskipun tubuhnya sangat lelah karena perjalanan lintas negara. Ralat, lintas benua.
Jika dipikir pikir, ini juga salah dia sendiri. Misal dia mengabari keluarganya dahulu, pasti ada yang menjemputnya sehingga dia tidak perlu susah payah mencari taksi yang hanya bisa mengantarnya sampai depan Mansion.
Kedatangannya memang disengaja ketika seluruh penghuni Mansion sedang terlelap. Agar saat mereka bangun, mereka terkejut melihatnya tiba tiba ada di hadapan mereka. Sebagai kejutan begitu. Baguskan?
Menatap sekilas bangunan besar di depannya, orang itu kembali melanjutkan langkah memasuki Mansion itu setelah membuka kunci pintu dengan sidik jarinya.
Maladewa Fakhri Adhiasa nama lengkapnya, menjabat sebagai anak terakhir dari pasangan Ricky Bratama Adhiasa dan Desiana Anastasya. Sebut saja dia Dewa.
Pergi melaksanakan pertukaran pelajar selama kurang lebih satu tahun, akhirnya sekarang dia bisa kembali ke tanah air selepas menyelesaikan seluruh urusannya di negara itu.
Sempat Dewa diberikan kesempatan melanjutkan pendidikannya sampai selesai di negara itu dengan jalur beasiswa. Namun, Dewa menolak. Dewa memilih kembali ke negara tempat kelahirannya.
Bukan karena merasa sombong, merasa mampu membiayai sendiri sehingga tidak perlu menerima beasiswa itu. Bukan juga karena merasa sok pintar.
Alasannya hanya satu, Keluarga. Itu saja. Tidak ada yang lain. Cukup satu tahun dia pergi dari Mansion ini, Dewa tak ingin semakin lama jauh dari keluarganya.
Dampak dari peristiwa belasan tahun lalu yang terjadi, Keluarga besarnya tidak pernah keluar dari Mansion utama ini. Jadilah, semua orang terbiasa berada di sini saling menjaga satu sama lain.
Lega dirasakan Dewa bisa menginjak Mansion ini lagi. Tempat dimana dirinya tumbuh besar dan berkembang. Suasana mansion itu sama sekali tidak berubah, bahkan sama seperti terakhir dirinya berada di mansion itu.
Namun di sisi lain, rasanya tidak akan pernah lengkap jika orang yang selama ini keluarganya cari belum ditemukan.
"Sampai di sini saja. Kalian bisa kembali, biar saya sendiri yang membawanya ke atas." Titah Dewa saat berada di dalam lift yang akan membawanya ke lantai dua.
Kedua penjaga itu menunduk hormat selepas memasukkan koper ke dalam lift kemudian pergi beriringan pintu lift itu yang tertutup.
Tinggg
Tak perlu waktu lama lift itu sudah sampai di lantai dua. Pintu lift terbuka, Dewa diperlihatkan seorang remaja yang bisa dibilang imut untuk seukuran remaja laki laki.
Dewa menarik ke atas alis kanannya, heran. Siapa remaja itu? Dewa baru melihatnya. Tidak mungkin kan anak itu nyasar sampai ke mansion ini?
Ekspresi Dewa keheranan jelas tidak bisa dilihat oleh remaja itu sebab masker hitam beserta topi yang Dewa pakai menutupi wajahnya.
Hanya dua detik, waktu yang dibutuhkan Dewa untuk merubah ekspresinya menjadi terkejut. Remaja itu tiba tiba berbalik lalu berlari kencang. Tidak lupa diiringi teriakan keras yang menggema di tengah suasana damai Mansion Adhiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...