Apotek

7.3K 719 23
                                    

#A'Cafe

Langkah kaki Arrasya berjalan menuruni panggung kecil tempatnya bernyanyi selepas ia menyelesaikan penampilannya. Arrasya digantikan satu orang lagi yang juga mengisi live music di sini.

Arrasya berencana pergi ke tempat biasa ia istirahat untuk menunggu giliran. Namun saat ia melewati meja kasir, lengannya tiba tiba dicekal oleh seseorang sehingga membuat Arrasya berhenti.

Orang itu dengan cepat melepas celemek yang biasa dipakai pelayan kemudian langsung dipasangkan ke leher Arrasya.

"Ar, gue butuh banget bantuan elu. Tolong anter pesenan ini ke meja pojok di sana. Gue udah nggak bisa nahan." Ucap Orang itu menunjuk ke arah pelanggan yang menunggu.

"Tolong banget Ar. Makasih." Pungkas orang itu kemudian berlari pergi ke arah toilet dengan terus memegangi perutnya.

"Iye Bang. Sama sama." Balas Arrasya sedikit berteriak karena orang itu sudah hilang dari pandangan Arrasya.

Karyawan di sini memang sudah terbiasa saling membantu satu sama lain ketika ada salah satu karyawan yang mengalami kendala dalam bekerja. Contohnya seperti saat ini.

Tak ingin mengulur waktu, Arrasya merapikan celemek itu lalu mengantarkan kopi hitam pesanan pelanggan yang sudah menunggu.

"Satu kopi hitam pesanan Bapak. Selamat menikmati." Ucap Arrasya ramah menyajikan satu cangkir kopi hitam di hadapan orang itu.

"Terima kasih." Balas pelanggan itu mendapat balasan anggukan dari Arrasya.

Sebelum pergi, Arrasya sempat menundukkan kepalanya sesaat kemudian berbalik. Tetapi tidak sampai tiga kali melangkah, Arrasya membalikkan kembali tubuhnya setelah mendengar kelanjutan ucapan orang itu.

"Karena tumbuh dengan baik sampai sekarang." Ucap orang itu memandang lurus Arrasya.

"Hah?!" Tanya Arrasya bingung menatap orang itu meminta penjelasan.

"Jangan panggil Bapak. Saya belum menikah." Balas orang itu menambah kebingungan Arrasya.

"I-iya Om." Ucap Arrasya asal asalan karena tak tau harus memanggil dengan kata yang tepat.

Wajah orang itu memang masih muda. Tapi melihat setelan jas mahalnya, Arrasya sudah tau bahwa orang itu adalah orang penting. Itu yang membuat Arrasya bingung, harus memanggil dengan sebutan yang tepat untuk orang itu.

"Saya tidak menikah dengan tante kamu. Jangan panggil Om." Balas orang itu membuat Arrasya menjadi menatapnya aneh.

"Saya masih muda, belum menikah, dan juga tidak mungkin menikah dengan tante kamu." Ucap orang itu lagi kini menatap tepat kedua mata Arrasya.

Mata Arrasya bergerak gusar segera mengalihkan pandangannya dari orang itu karena ia merasa tiba tiba merasa gugup dan bingung. "A-aah iya git-gitu. Baik Pa-hmm Mas."

Walau hanya beberapa saat matanya bertatapan dengan orang itu, Arrasya merasa tatapan orang itu berbeda terhadapnya. Tetapi Arrasya tidak mengerti arti tatapan itu.

"Kalau begitu saya permisi." Lanjut Arrasya segera beranjak pergi agar secepatnya menjauh dari orang itu.

Tanpa diketahui Arrasya, orang itu tersenyum tipis melihat kepergiannya.

"Tuh orang kurang cairan kalik ya? Aneh banget. Bodo ahh kenapa juga gue pikirin." Gumam Arrasya berbicara pada dirinya sendiri selama berjalan.

Arrasya merasa aneh dengan orang itu karena Ini kali pertama selama Arrasya bekerja di sini, ia menemui pelanggan seperti itu.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang