#Bratama High School
Para siswa dan siswi Bratama High School berhamburan keluar dari kelas selepas bel pulang berbunyi. Semua tampak bersemangat pulang namun berbeda dengan Arrasya.
Arrsya berjalan sembari tertunduk lesu. Bahunya sudah meluruh, semangatnya hilang. Sedangkan diotaknya sangat sibuk memikirkan masalah di uks tadi.
Arrasya bingung harus bagaimana. Yang pasti untuk sekarang, Arrasya ingin menghindari Bara. Selain memberi waktu Bara menenangkan diri, Arrasya sangat merasa bersalah dengan Bara karena dirinya terlalu ikut campur masalah pribadi Bara.
Sempat berhenti sejenak di depan gerbang sekolah, Arrasya menghembuskan nafas beratnya sekali lagi sebelum berjalan hingga menuju halte samping sekolah.
Tempat dimana ia meminta salah satu Abangnya untuk menjemputnya pulang sekolah.
"Arsyyy..." Panggilan itu membuat Arrasya mendongakkan kepalanya. Oh, ternyata itu Mahesa yang memanggilnya dengan melambaikan tangannya dari dalam mobil.
Untung mobil itu tidak jauh dari tempatnya berdiri, sehingga tak terlalu banyak orang yang mendengarnya.
"Tumben kamu minta Abang jemput, biasanya aja abang tawarin kamu nggak mau." Ucapan itu yang menyambut pertama kali Arrasya ketika memasuki mobil Mahesa.
Tidak adanya balasan dari Arrasya membuat Mahesa menatap adiknya itu. "Kenapa?" Tidak biasanya adiknya itu lesu.
Arrasya membalasnya dengan mengendikkan bahunya lemas tanpa mengatakan hal lain lagi."Ada apa Arsy? Bilang sama Abang. Apa kamu diapa-apain sama temen kamu? Sini bilang sama Abang, biar Abang kepret semua temen yang berani ganggu kamu." Kata Mahesa menuntut balasan dari Arrasya.
Tidak langsung menjawab, Arrasya berpikir sejenak sebelum mengutarakan apa yang ada dipikirannya sekarang. "Bukan gitu, tapii..."
"Nanti deh Arsy cerita sambil jalan." Tutur Arrasya sembari menunduk. Mahesa mengiyakan kemauan Arrasya, yang terpenting Arrasya sudah mau berbicara.
Mahesa melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah sembari mendengarkan perkataan dari A sampai Z tentang peristiwa di sekolah tadi.
"Arsy berlebihan ya Bang? Arsy takut Bang Bara marah." Ungkap Arrasya mengakhiri cerita itu.
"Kamu tau nggak Ar? Dari kita, semua abang kamu. Yang paling kayak cewek itu ya Bara. Gengsinya gede banget, keras kepala lagi. Dia nggak mau salah. Itu ketutup aja sikapnya yang sok cool." Kata Mahesa menanggapi cerita dari Arrasya.
"Usaha kamu itu nggak bisa dibilang berlebihan. Maybe itu bisa ngebuat masalah ini cepet selesai. Tapi Abang nggak bisa bilang kamu sepenuhnya bener juga, ya karena itu masalah pribadi dia."
"Bara tau gimana dia nyelesain masalahnya, biarin aja dia." Imbuh Mahesa semakin membuat Arrasya lesu.
Tidak adanya balasan membuat Mahesa melirik Arrasya. "Nggak perlu dipikirin banget. Kita makan di luar yuk? Nanti Abang bilang sama Mommy kita pulang sore." Hibur Mahesa.
Ajakan itu sebenarnya ingin ditolak, tapi mengurungkan niatnya karena notifikasi dari handphonenya yang baru saja dia baca.
Anaknya Pak Santosa
Bisa nggak ke cafe? Sohibnya tanos noh ngebet banget ketemu elu."Kita ke Cafe tempat Arsy dulu kerja deh Bang. Nanti Arsy tunjukkin jalannya, nggak jauh dari sini juga." Mahesa menaikkan satu alisnya. "Ngapain kesana?"
"Katanya mau makan? Arsy juga mau ketemu Bang Erick sama Bang Altha, sekalian nongki." Jawab Arrasya dibalas anggukan oleh Mahesa.
Kurang dari lima menit, mobil yang Mahesa kendarai tiba di cafe yang Arrasya maksud. Arrasya berlalu terlebih dahulu memasuki cafe meninggalkan Mahesa yang masih memarkirkan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...