Melepas pakaian khusus pasien dari rumah sakit, siang ini Arrasya akhirnya diperbolehkan meninggalkan kamar serba putih nan suci itu.
Tangannya pun sudah terlepas dari borgol medis itu kurang lebih setengan jam yang lalu.
Selama dua hari tiga malam, Arrasya menghabiskan waktunya di ruangan itu dengan tangan yang terikat tiang infus. Tanpa melakukan aktivitas apapun selain makan, tidur, rebahan, dan ketika berurusan dengan panggilan alam.
Menggunakan Hoodie tosca oversize dan celana warna putih, Arrasya duduk di brankar untuk menunggu Nadia yang sedang mengemasi pakaiannya ke dalam Tas.
"Bunda." Panggil Arrasya terus menatap pergerakan Nadia.
"Iya Arsy, kamu butuh sesuatu?" Tanya Nadia menghentikan sejenak aktivitasnya.
"Ada yang bisa Arsy bantu?" Tawar Arrasya yang tak enak hati diam saja sedangkan Nadia sibuk mengemasi barang barang miliknya.
Meskipun bisa meminta orang lain untuk mengemasi tetapi Nadia ingin semua yang berurusan dengan Arrasya dilakukan oleh Nadia sendiri.
"Ada." Balas Nadia membuat Arrasya menyunggingkan senyumannya.
"Ini." Nadia mengulurkan sebuah permen lolipop yang Nadia ambil dari dalam tasnya ke hadapan Arrasya.
Alis Arrasya berkerut melihat benda yang diulurkan Nadia. "Buat apa?"
"Kamu habisin ini aja, itu udah bantu Bunda." Jawab Nadia langsung meletakkan permen itu di tangan Arrasya.
"Serius Bunda." Ucap Arrasya seperti merajuk mengundang kekehan Nadia.
"Nggak ada yang perlu kamu bantu. Sebentar lagi juga udah selesai. Kamu duduk diem aja di situ." Balas Nadia melanjutkan kegiatannya mengemasi barang.
Arrasya memilih memasukkan permen itu ke dalam kantongannya lalu memperhatikan Nadia kembali.
Beberapa menit berlalu, yang dilakukan Nadia selesai juga. Melihat itu Arrasya segera bangkit lalu mengambil alih pegangan tas sebelum tangan Nadia berhasil memegangnya.
"Biar Arsy yang bawa. Bunda gandeng Arsy aja." Kata Arrasya memberi syarat agar menggandeng lengannya. Tersenyum manis, Nadia menuruti permintaan Arrasya.
"Nah gini kan enak." Gumam Arrasya akan melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu tetapi kedatangan Ayahnya menghentikan niatnya.
"Sudah selesai?" Tanya Rizky yang berjalan mendekati Nadia dan Arrasya setelah mengurus beberapa hal di luar.
"Sudah, kita bisa pulang sekarang." Jawab Nadia diangguki oleh Rizky.
"Ay-." Perkataan Rizky terpaksa berhenti sebab Arrasya yang mengulurkan tas tadi ke hadapan Rizky.
"Ini, Ayah aja yang bawa. Oh iya, Ayah nggak perlu iri yaa. Bunda udah punya gandengan baru. Kita pulang yuk Bunda." Kata Arrasya berjalan terlebih dahulu bersama Nadia setelah Rizky mengambil alih tas itu.
"Tenang aja. Ayah nggak iri kok, nanti malam juga Bunda sama Ayah." Congkak Rizky jusru diabaikan oleh Nadia dan Arrasya.
"Kamu manis banget sih Ar." Ujar Nadia memuji Arrasya.
Arrasya yang mendengar itu melebarkan senyumnya. "Kalo jadi badboy nggak pantes soalnya." Balas Arrasya membuat Nadia terkekeh.
Rizky yang berjalan mengikuti kedua orang itu juga ikut tertawa dan menggeleng gelengkan kepalanya mendengar ucapan Arrasya.
Tangan Rizky sudah terbebas sebab tas itu beralih ke tangan salah satu bodyguard yang berjalan di belakangnya.
Sepanjang perjalanan menuju lobby, Arrasya tak pernah sekalipun menghilangkan senyum di wajahnya. Semua orang yang Arrasya temui pun tak luput ia sapa, walau lebih banyak orang yang menurunkan pandangannya ketika melihat dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...