Sakit

16.1K 1.1K 70
                                    

#Malam Hari

Waktu makan malam tiba. Hampir seluruh Anggota Keluarga Adhiasa sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Hanya kurang satu anggota yang belum turun.

"Gimana Arsy, lutut kamu udah sembuh?" Tanya Bagas mengisi obrolan sembari menunggu kedatangan salah satu cucunya yang belum muncul.

"Udah mendingan Opa. Obat yang di kasih Bunda manjur banget jadi langsung sembuh." Jawab Arrasya meyakinkan.

"Tadi kamu ngapain aja sama Abang kamu, Ar?" Tanya Ricky ikut dalam obrolan itu.

"Dad, Arsy boleh tanya sedikit?" Tanya balik Arrasya menatap serius Ricky yang mengangguk sebagai jawaban.

"Itu Bang Dewa emang jahil dari orok ya Dad? Heran. Terakhir tadi aja, sandal Arsy dilempar Bang Dewa sampe nyangkut di pohon. Nyebelin banget." Ungkap Arrasya menceritakan sedikir yang terjadi tadi disertai rasa kesalnya yang masih ada.

Ungkapan hati Arrasya itu menimbulkan gelak tawa dari Ricky dan yang lainnya.

"Itu belum seberapa Ar. Nanti kamu bakal tau kelakuan Abang kamu yang itu." Balas Ricky diselingi kekehan.

"Oh iya, Dewa kemana? Kenapa belum turun?" Tanya Nadia menyadari ketidakhadiran keponakannya itu.

"Cieee pada nyariin Dewa yaa..." Tuduh Dewa yang berjalan menghampiri kursinya. Jangan lupakan ekspresi wajahnya yang jahil itu meskipun tak bisa menutupi wajah pucatnya.

"Gini amat risiko jadi orang ganteng yaa... dicariin mulu. Nasib nasib." Imbuhnya sembari duduk di kursinya.

"Lihat kan Ar, sakit aja dia masih bisa nyebelin gitu apalagi pas sehat." Cerca Mahesa melihat sekilas Dewa kemudian berganti ke Arrasya.

"Dewa, kamu sakit?" Pertanyaan itu langsung ditanyakan oleh Desi melihat wajah pucat putranya.

"Dewa?" Tanya Dewa menunjuk dirinya sendiri tak percaya.

"Enggak lah Mom. Anakmu ini kan sekuat baja. Masak kemarin baru pulang sekarang udah sakit." Lanjut Dewa mengelak.

Namun hal yang sebenarnya, Dewa merasakan tubuhnya tidak bisa di ajak kerja sama lagi setelah bangun tidur sore tadi. Dewa sampai di ruangan ini pun karena memaksakan diri, tak mau membuat yang lain khawatir.

Desi tentu tak percaya ucapan putranya itu, dengan gerakan kilat Desi mendekat ke arah Dewa lalu menempelkan punggung tangannya tepat ke dahi Dewa.

Benar saja dugaan Desi. Tanpa basa basi Desi langsung menggandeng tangan putra terakhirnya pergi dari ruang makan itu.

°°°°°°

Selimut tebal menutupi tubuh Dewa walau hanya sampai bagian dada. Di bagian tubuhnya yang lain, tepatnya di kening terdapat sebuah handuk kecil bertengger indah.

"Mommy.. ini kompresnya lepas aja ya? Dewa nggak apa apa. " Protes Dewa dengan suara kecil mengajak Desi berbicara.

"Ssssttt.. berisik." Sungut Desi akhirnya bersuara karena mendengar ucapan Dewa itu.

Dari awal Desi membawa Dewa ke kamar ini, Desi sama sekali tidak bersuara. Desi hanya diam sembari melakukan hal yang perlu dilakukan. .

"Berani kamu lepas, kamu lihat aja besok semua koleksi barang barang kesukaan kamu bakal ada di tempat sampah." Ancam Desi tak main main.

Aura yang dipancarkan Desi tak biasa. Sudah cukuplah untuk membuat Dewa tak bersuara. Perlu diketahui, Desi ketika marah sangat menakutkan.

Dewa tidak bisa berkata kata lagi. Menuruti setiap perkataan Mommynya adalah tindakan seharusnya Dewa lakukan sekarang. Tidak baik membuat Mommynya semakin marah.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang