Rumah Sakit

20.4K 1.5K 46
                                    




#Rumah Sakit Merdeka

Rumah Sakit Merdeka, Salah satu rumah sakit besar dengan fasilitas kesehatan yang paling lengkap dan juga pelayanan kesehatannya yang sangat baik. Bisa dibilang, Rumah Sakit Merdeka adalah Rumah sakit terbaik di kota ini.

Sore itu, kondisi Rumah Sakit Merdeka cukup senggang. Karena tidak terlalu banyak pasien darurat yang datang. Tetapi keadaan yang tenang itu tak berlangsung lama.

Kedatangan pemilik rumah sakit yang tergesa gesa berikut beberapa orang dibelakangnya, membuat keadaan rumah sakit itu menjadi gaduh.

Pemilik rumah sakit itu terus berteriak memanggil dokter dengan membawa remaja yang masih mengenakan plaster penurun demam di gendongannya sambil berlari dari lobi menuju ruang IGD.

"DOKTER."

"DOKTER."

"DOKTER."

"CEPAT BRENGSEK."

"KEMANA SEMUA DOKTER INI."

Amuk pemilik rumah sakit itu dengan nafas belum teratur. Kepanikan yang melanda pemilik rumah sakit itu juga menular ke perawat dan dokter yang berjaga.

Pintu IGD di buka kasar, Pemilik Rumah Sakit itu langsung menerobos masuk dan meletakkan remaja di gendongannya pada brankar yang masih kosong di ruangan itu.

"CEPAT TANGANI PUTRAKU BRENGSEK!!" teriak pria pemilik Rumah Sakit tersebut lagi.

Dokter utama yang bertanggung jawab menangani IGD segera mengambil alih bersama satu orang perawat yang membantu. Sedangkan ada satu lagi perawat yang meminta untuk pemilik rumah sakit itu dan orang di sampingnya untuk menunggu di luar.

"Kita Keluar." Tegas pria tua yang ikut masuk bersama pemilik rumah sakit tadi.

"Percayakan semua pada dokter di sini, Rasya pasti baik baik saja." Ucap lagi pria tua itu lalu mengajak putranya keluar dari IGD.

Mau tak mau, Rizky mengikuti langkah Bagas keluar dari IGD agar dokter itu mampu menangani Arrasya dengan maksimal tanpa merasa terganggu walau kakinya sebenarnya berat meninggalkan ruangan itu.

Di depan pintu IGD, Rizky terus berdiri. Hati Rizky tidak bisa tenang, Rizky sangat gelisah hingga tidak bisa duduk. Sedangkan Bagas sedikit menjauh dari depan pintu IGD menghubungi Ricky untuk memberi kabar.

Pandangan Rizky tidak pernah lepas dari pintu IGD yang masih tertutup. Raut wajah cemasnya sangat ketara. Rizky khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa putranya.

Apalagi mengingat wajah putranya yang pucat dan suhu badannya yang tinggi semakin membuat Rizky gelisah.

Semua diluar ekspektasi Rizky. Pertemuan pertama kali dengan putra yang baru saja ia temui setelah tiga belas tahun lamanya justru berakhir di sini, di tempat yang tidak seharusnya dia berada.

"Apa yang terjadi?" Tanya seseorang yang datang menggunakan baju hijau berlapis jas putih panjang khas rumah sakit dengan nafas belum teratur.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang