Blacky

10.1K 953 51
                                    

#Bratama High School

Pion pion berjajar di atas papan bermotif kotak hitam putih. Dua orang yang memiliki selisih umur sangat jauh duduk berhadapan dengan papan itu berada di tengahnya.

Permainan dimulai dari beberapa saat yang lalu. Arrasya begitu tenang menghadapi lawannya saat ini, yang tak lain tak bukan adalah satpam sekolahnya sendiri.

Alasan terbesar mengapa Arrasya bisa sampai terdampar di tempat ini adalah Bara. Yap, Abangnya itu harus mengikuti rapat osis jadilah Arrasya menunggunya.

Kalau ditanya kenapa Arrasya mau, tentu saja karena Bara sudah menyogok Arrasya dengan cemilan IndoJuni satu plastik besar. Walau sebenarnya ada alasan lain dibalik itu.

Sungguh, Aura Bara pancarkan selepas masalah tadi sangat gelap. Daripada memperkeruh suasana hati Bara, Arrasya jadi tak banyak berbicara dan menyetujui segala perkataan Bara tadi.

Tidak masalah juga bagi Arrasya harus menunggu, akhirnya Arrasya yang untung.

"Pak Sam nggak jaga depan?" Tanya Arrasya kepada orang di hadapannya.

Bel pulang berbunyi tiga puluh menit berlalu sehingga area sekolah sepi. Namun, Arrasya masih bisa melihat ada beberapa siswa di sekitar gerbang yang bisa ditebak mereka juga sedang menunggu.

"Sekarang giliran satpam lain, jadi Saya jaga di sini. Lagian juga Saya harus jaga Aden." Balas Pak Sam atau lebih panjangannya Samsudin.

Seorang Satpam yang sebenarnya merangkap 'pekerjaan' lain. Arrasya tau itu, tentu karena Bara yang memberitahukannya.

"Kalo Pak Sam sendiri di sini dari kapan sih? Udah lama pasti ya?" Tanya Arrasya lagi.

"Iya Den, dari jaman film Janda Kembang pertama kali tayang." Kata Pak Sam dengan logat khas Sunda.

"Wihh lama juga ya Pak. Pak Sam nggak ada niatan cari pekerjaan lain gitu pak?" Ujar Arrasya sembari menggerakkan pionnya.

"Aden mau pecat Saya?" Tanya Pak Sam balik sedikit terkejut mendengarnya. Takutnya 'Atasan' dihadapannya itu ingin memecatnya.

"Ya enggak atuh Pak. Saya cuma tanya. Saya juga nggak berhak pecat Bapak. Gini Pak.. kan Pak Sam jobdesknya double nihh, apa nggak capek gitu? Siapa tau pak Sam pernah kepikiran gitu buat cari pekerjaan yang lain?" Jelas Arrasya agar Pak Sam tak salah tangkap maksud pertanyaannya.

"Ohhh gitu. Enggak ada sih Den, belum kepikiran kesana sih. Bapak udah terlanjur betah, keahlian bapak ada di bidang ini. Kalo anak muda bilang apa itu? Pasien? Pensiun? Eh bukan, passion nah itu passion."

Jawaban Pak Sam itu hampir menbuat Arrasya tertawa lebar. Namun, Arrasya segera menetralkan ekspresinya.

"Kalo pensiun nanti? Pak Sam nggak ada rencana apa gitu? Buat usaha kek? Atau balik ke Kampung gitu?" Belum sempat terjawab sahutan seseorang langsung mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Kepo banget sih Ar." Ucap orang itu yang berada di depan pintu pos satpam

"Biarin, Pak Samnya aja nggak masalah Abang yang komen. Abang juga kapan dateng? Lain kali itu salam dulu biar tau kalo udah dateng." Sinis Arrasya melihat kehadiran orang yang iya tunggu tunggu sedari tadi.

"Mau pulang nggak?" Balas bara dengan pertanyaan.

"Iya iya bentar, Arsy beresin ini dulu. Abang tungguin dulu aja di mobil nanti Arsy nyusul." Kata Arrasya hendak merapikan papan catur itu namun Pak Sam mendahuluinya.

"Biar Saya yang beresin, Aden langsung pulang aja." Ujar Pak Sam.

"Beneran nggak apa apa pak?" Tanya Arrasya menjadi tak enak hati.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang