#Mansion Adhiasa's Family
Hari berganti malam, waktunya mengistirahatkan tubuh setelah seharian beraktifitas. Arrasya memilih menghabiskan waktu istirahatnya dengan menonton televisi besar di ruang keluarga.
Tentu tidak sendiri, ia ditemani oleh Nadia, Desi dan juga Dewa.
Mari kita absen satu persatu, Keenand dan Mahendra selepas makan malam tadi memilih untuk melanjutkan pekerjaan di ruang kerja masing masing.
Mahesa dan Reyhand sendiri belum pulang, katanya sih lagi ada urusan di luar. Kalo Bara, di kamarnya mungkin. Arrasya juga tak tahu pasti Abangnya itu di mana.
Sambil menonton televisi, Arrasya semakin mengeratkan pelukannya kepada lengan Nadia. Seolah mencari posisi yang paling nyaman.
"Kamu kenapa sih Ar? Dari tadi nempel terus sama Bunda." Kata Dewa heran.
"Biarin, Bunda juga Bundanya Arsy." Jawab Arrasya ketus. Melihat tingkah anaknya itu, Nadia dengan gemas mengelus elus surai rambut Arrasya.
Entahlah, Nadia juga tidak tahu. Setelah pulang sekolah tadi Anak bungsunya itu terus mengikutinya kemana pun ia pergi. Selalu menempel dan tak mau ditinggal.
"Kamu iri Dewa?" Tanya Desi memastikan.
"Enggak, siapa juga yang iri." Sangkal Dewa. Awalnya Dewa kira Desi itu bercanda, tapi melihat raut wajah Desi yang berubah membuat hati Dewa tergerak.
Dewa bangkit dari duduknya untuk beralih ke sebelah Desi. "Kenapa juga Dewa harus iri, Dewa juga punya Mommy." Ucap Dewa langsung memeluk lengan Desi seperti yang dilakukan Arrasya dan itu membuat Desi terharu.
Desi tau Dewa itu bebal, bandel, susah untuk dinasehati, suka menguji kesabarannya, tapi dari itu semua Dewa adalah anaknya yang paling perasa dan lembut hatinya.
"Hiii... ngikut ngikut." Ejek Arrasya.
Nadia tertawa ringan. "Sudahlah Ar. Kalian ini. Kayak Anak kecil." Ujarnya setelah itu.
"Kalo bisa sih Arsy juga nggak mau gede, Arsy selalu pengen jadi Anak kecil buat Bunda." Balas Arrasya dihadiahi kecupan di kepalanya oleh Nadia.
"Dewa!! Dewa juga." Seru Dewa bersemangat.
"Ada apa ini?! Kok pada pelukan gitu." Sahut orang yang baru datang.
Keempat orang yang lagi menonton televisi itu seketika menengok kebelakang, tepatnya ke asal suara itu.
"AYAH, DADDY, Kalian udah pulang." Seru Arrasya melepaskan pekukannya lalu berdiri menatap terkejut kedatangan kedua orang itu.
Arrasya juga langsung berlari saking senangnya.
"Ayah." Panggilnya sambil memeluk erat Rizky. Tentu dibalas dengan pelukan oleh Rizky, bahkan lebih erat.
"Anak Ayah baik-baik aja kan? Ayah kangen kalian." Ucap Rizky.
"Oleh-olehnya mana?" Balasan tak terduga dari Arrasya.
"Oleh-oleh yang kamu tanyain? Kabar Ayah kamu nggak penasaran?" Tanya Rizky yang melepas pelukan anaknya itu lalu menatapnya.
"Canda Yah becanda. Gitu aja serius amat sih. Nanti cepet tua loh." Gurau Arrasya membuat Rizky gemas sehingga menjepit hidung Arrasya dengan kedua jarinya.
"Arsy kangen banget sama Ayah." Lanjutnya.
"Oh iya, yang paling tua dimana?" Celetuk Arrasya lagi lagi membuat orang yang ada di sana ingin sekali tertawa.
"Yang kamu maksud Opa?" Sahut Bagas yang datang paling akhir.
"Bukan Arsy yang bilang loh ya." Sanggah Arrasya memasang wajah tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...