Rumah

5.3K 626 45
                                    


      Sore itu, langit sedikit sendu seperti suasana hati Arrasya. Kacamata hitam ia pakai untuk menutupi kesedihan dimatanya. Dihadapannya sekarang adalah makam kakek dan neneknya.

Sebuah bucket bunga berukuran cukup besar Arrasya letakkan ditengah tengah makam besar itu. Tak terlewatkan juga semua abangnya juga ikut hadir disana.

Ketujuh orang itu kompak berpakaian hitam mengelilingi pusara orang yang paling mereka hormati. Meskipun Abang-abang Arrasya belum pernah sekalipun bertemu, tapi bagi mereka semua Kakeh Galih dan Nenek Imah adalah orang yang sangat mereka hormati.

Arrasya perlahan berjongkok di dekat nisan itu. "Hai Kek Nek, Arrasya kesini. Arrasya kangen kalian, kalo kalian gimana?" Monolognya.

Semua orang diam, tidak ada yang bersuara.

"Pasti juga kan? Hmm Arrasya mau kasih kalian kabar bahagia. Tapi kayaknya kakek sama nenek udah tau kan?" Lanjutnya.

"Arrasya udah ketemu sama keluarga kandung Arrasya, Kek. Arrasya sekarang udah ketemu sama Ayah dan Bunda Arrasya. Arrasya juga punya Daddy dan Mommy. Satu lagi, ada yang seumuran sama kakek juga loh, Arrasya manggilnya Opa." Usapan halus Arrasya berikan kepada nisan bertulis nama Almarhumah Kakeknya.

Kemudian sorot matanya beralih ke nisan samping nisan kakeknya itu. "Nenek tau, Ternyata Arrasya punya Abang banyak banget loh, nek. Mereka semua juga datang ke sini. Arrasya nggak ngajak padahal tapi mereka semua ngotot mau ikut kesini."

"Mereka semua sayang sama Arrasya, jaga Arrasya." Suara Arrasya mulai memberat. Susah payah Arrasya menahan kesedihannya.

"Lain waktu Arrasya bakal bawa mereka semua ke sini, ketemu kalian. Kalian pasti seneng kan?"

Setetes air mata perlahan terjatuh tanpa diminta, tapi dengan cepat Arrasya menghapusnya lalu tersenyum. "Arrasya juga seneng kok. Sesuai janji Arrasya, Arrasya bakal hidup bahagia. Kalian sekarang nggak perlu khawatir yaa.."

Keenand yang berada disamping Arrasya perlahan ikut berjongkok sembari menyentuh pundak Arrasya.  Seolah memberi ketenangan tanpa mengeluarkan kata kata.

Selanjutnya mereka berdoa dan menaburkan bunga mawar sebelum pergi dari makam itu.

Sesuai rencana mereka, selepas dari makam ini mereka akan pergi ke rumah peninggalan Kakek Galih dan Nenek Imah yang sebelumnya Arrasya huni untuk menginap disana.

Jaraknya tak terlalu jauh hanya lima menit berkendara mereka semua sudah sampai di depan rumah Arrasya. Rumah itu sedikit berbeda dari sebelumnnya.

Bagi Arrasya, Rasanya dia kembali seperti dahulu. Dimana rumahnya tampak rapi dan indah, sebelum Kakek dan Neneknya pergi.

Sebelum ini jangankan merawat, bisa menyiram tanaman satu kali seminggu itu sudah termasuk hebat. Arrasya tidak memiliki waktu lebih untuk mengurus tanamannya.

Sekarang bisa dilihat perbedaannya.

Cat putih yang sebelumnya hampir memudar kini berganti warna menjadi warna abu abu muda. Halamannya yang kecil juga ditumbuhi banyak tanaman.

Selain itu, keamanan disini juga sangat ketat. Tanpa Arrasya sadari di seluruh penjuru rumah ini sudah terpasang CCTV sebagai bentuk keamanan mereka agar dapat dipantau.

Sedangkan diteras sudah ada Amang Udin yang menyambut kedatangan mereka semua.

"Selamat datang, Tuan." Ucap Amang Udin sopan.

Arrasya tersenyum lalu maju terlebih dahulu mendekat ke arah Amang Udin.

"Halo Mang. Makasih ya udah bantu rawat rumah ini." Ucapnya ramah sembari menjabat tangan Mang Udin.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang