#Pagi Hari
Mentari pagi telah menunjukkan dirinya. Cahaya terang yang masuk melalui jendela tidak mampu mengusik tidur seorang Arrasya, ia masih setia menggulung tubuh di dalam selimut tipisnya.
Mata Arrasya yang tadinya terlelap langsung terbuka lebar menyadari jika ia terlambat bangun. Arrasya dibuat kelimpungan setelah melihat jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh lebih.
Arrasya langsung menegakkan tubuhnya dan berlari menuju kamar mandi yang ada di kamar pribadi miliknya. Karena kepanikan itu, Arrasya sampai mengabaikan bunyi handphone yang terus berdering.
Sepuluh menit berlalu, seragam khas Bratama High School melekat pada tubuh Arrasya. Walau dasinya belum terpasang sempurna, Arrasya kembali bergegas mengambil tas, handphone dan juga Almamater yang hampir terlupakan oleh Arrasya.
Arrasya menyempatkan menerima telepon karena teleponya terus berdering dari tadi. "Gue otw." Ucap Arrasya kemudian memutuskan sepihak telepon itu.
Arrasya terus mempercepat langkah kakinya menuju garasi. Kedua sepatu ia pakai asal lalu mengeluarkan Blacky. Tanpa memanasi Blacky, Arrasya langsung saja tancap gas dan pergi.
Penampilannya yang belum rapi sama sekali tidak di gubris oleh Arrasya. Yang terpenting sekarang ia harus sampai ke sekolah dengan cepat.
Arrasya melajukan Blacky dengan kecepatan maksimum hingga bisa menyalip beberapa kendaraan yang ada di jalanan. Jalanan yang padat memang menyulitkan Arrasya, tapi masih bisa Arrasya terjang bersama Blacky.
Namun, dipertengahan jalan kesialan lagi lagi menimpa Arrasya. Blacky tiba tiba berhenti dan tidak mau diajak bekerja sama. Arrasya menepikan Blacky dahulu sebelum mencoba menghidupkan Blacky lagi.
"Black.. ahh lu kalau mau ngambek jangan sekarang dong. Gue udah telat." Ucap Arrasya kesal dengan terus berusaha menghidupkan Blacky.
"Heh Black.. elu mogok kira kira kek. Ini masih jauh dari sekolah elu malah mogok di sini. Gue gimana dong? Elu kagak kasihan sama gue apa!?" Oceh Arrasya menendang bodi samping Blacky terlanjur kesal.
Arrasya berkacak pinggang sembari mengatur nafasnya yang tidak teratur. Dalam pikirannya, Arrasya berusaha keras mencari cara bagaimana ia bisa keluar dari masalah ini.
Arrasya mengedarkan pandangannya ke sekitar tempatnya berdiri. Lampu menyala terang langsung muncul dari kepala Arrasya ketika pandangannya berhenti pada bengkel yang baru buka.
Tanpa basa basi, Arrasya mendorong Blacky menuju bengkel itu dan menitipkannya kepada montir yang ada di sana.
"Bang, saya titip motor ini sekalian diservis. Tadi motornya mogok nggak bisa dihidupin. Boleh sekalian minta kontak bengkel ini? Nanti saya hubungi lagi buat ambil motornya." Kata Arrasya dengan cepat kepada montir di depannya.
Mengerti orang di depannya itu terburu buru, dia langsung memberi kartu nama bengkel itu kepada Arrasya.
"Terima kasih Bang. Maaf, saya harus cepet pergi." Setelah itu Arrasya meninggalkan bengkel itu untuk mencari kendaraan umum yang bisa ia tumpangi menuju sekolahnya.
Tak kunjung melihat adanya angkot atau bus yang melintas, Arrasya memutuskan untuk berlari secepat mungkin. Arrasya tak ingin menyerah semudah itu.
Selama dua puluh menit lamanya Arrasya berlari menyusuri trotoar dengan helm pink miliknya terpasang kuat di kepalanya. Arrasya tak menghiraukan pandangan beberapa orang yang memandanganya aneh.
Sampai akhirnya Arrasya berhasil berdiri di depan gerbang besar Bratama High School. Karena terlalu lelah, Arrasya mendudukkan dirinya terlebih dahulu untuk mengatur nafasnya yang tersenggal senggal karena berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...