#A'CafeMasa MPLS telah dilalui selama lima hari, sampai hari jumat kemarin. Arrasya dan kawan kawannya resmi menjadi murid Bratama High School.
Hari ini adalah Hari Minggu. Hari yang ditunggu oleh sejuta umat untuk merehatkan tubuh dan pikiran setelah enam hari bekerja atau berkegiatan lainnya. Tetapi itu tidak berlaku bagi Arrasya untuk saat ini.
Remaja yang mempunyai rambut tebal ini harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Kali ini Arrasya bertugas sebagai pelayan tambahan dan akan bekerja full sampai tutup.
Sejak pukul setengah tujuh pagi, Arrasya sudah stay di depan cafe tempatnya bekerja. Kurang lebih setengah jam, Arrasya duduk diatas Blacky dengan santai sembari bermain handphone, menunggu datangnya pemilik cafe.
Semangat Arrasya membara pagi ini sehingga datang mendahului yang lainnya. Padahal A'Cafe baru dibuka tepat pukul sembilan pagi, sedangkan para karyawan wajib hadir sebelum pukul setengah delapan.
Merasa ada mobil yang mendekat, Arrasya mengalihkan tatapannya menuju mobil itu. Arrasya memasukkan handphonenya lalu berdiri tegak menyambut datangnya mobil pemilik cafe ini.Tangannya tak lupa merapikan rambut yang menutupi dahinya."Pagi, Bang Bima." Sapa Arrasya dengan senyuman ceria ketika Bima keluar dari mobilnya.
"Pagi juga Ar. Wah wah wah rajin bener, pagi-pagi udah stay di sini aja." Balas Bima.
"Iya dong. Harus semangat. Biar dapet bonus." Ujar Arrasya memamerkan gigi putih miliknya.
"Ijo bener matanya."
"Kalo merah banteng, Bang." Balas Arrasya diakhiri kekehan.
"Sa ae, lu kira partai. Udah yuk kita masuk aja. Jangan lama lama disini." Ajak Bima.
"Yok." Arrasya berjalan mengikuti langkah Bima dari samping.
Jarak parkiran khusus karyawan dari pintu utama tidak terlalu jauh. Cukup beberapa langkah Arrasya dan Bima sudah sampai didepan pintu.Walau Cafe ini tidak terlalu besar, tetapi memiliki lahan parkir yang cukup luas. Lahan itu terbagi menjadi dua dengan sebagian kecil dari lahan itu diperuntukkan para karyawan dan sisanya untuk para pengunjung.
"Ehh.. Oh ya, nanti ntu curut si Altha sama Erick ke sini Ar? Biasanya kan tiap minggu kesini." Ucap Bima saat membuka kunci pintu cafe."Ho oh Bang. Tadi bilangnya sorean baru mau dateng." Jawab Arrasya.
"Ohh gitu." Kata Bima berhasil membuka pintu cafe lalu masuk diikuti Arrasya dibelakangnya.
"Ya udah gih ganti baju, Inget!! Kalau cape istirahat aja nggak usah dipaksain. Hati hati juga kalo lagi kerja. Gue ada diruangan biasa kalau elu nyariin. Gue pergi duluan yaa." Ucap Bima pada Arrasya sambil mengacak acak rambut Arrasya lalu pergi begitu saja.
"Udah rapi malah diberantakin." Dumel Arrasya berjalan menuju ruang karyawan.
Satu persatu karyawan mulai memasuki cafe yang masih sepi. Disini ada dua orang yang bertanggung jawab di dapur, empat pelayan tetap ditambah satu kasir dan Arrasya sebagai pelayan tambahan.Kapasitas maksimal pelanggan di cafe ini total lima puluh orang termasuk rooftop. Oleh karena itu, karyawan disini tidak terlalu banyak.
Setelah semua bersiap, pukul sembilan tepat A'Cafe dibuka. Tak butuh waktu lama, sudah ada beberapa orang yang memasuki cafe.
Semakin lama semakin banyak orang silih berganti memadati cafe itu membuat para karyawan sibuk melakukan tugasnya masing masing.
Pelanggan disini tidak hanya dari kalangan muda, ada juga beberapa juga pelanggan dari kalangan yang sudah berumur. Tetapi yang paling menonjol dari kalangan muda.
Situasi cafe sangat ramai dipenuhi pengunjung. Arrasya berjalan membawa nampan menuju meja nomor tujuh dengan senyuman manis terpatri diwajahnya.
Dengan ramah Arrasya menyapa pelanggan itu, lalu meletakkan pesanan yang diminta. Saat hendak berbalik meninggalkan meja, mata Arrasya tak sengaja melihat dompet di lantai. Mungkin ada yang tidak sengaja menjatuhkannya.
Arrasya segera mengutip dompet itu lalu mengawasi sekitar cafe untuk mencari pemilik dompet. Sampai tatapan Arrasya berhenti ke arah luar cafe, ada sepasang orang dewasa yang berjalan meninggalkan Cafe.
Arrasya langsung berlari menuju pintu cafe. "Pak.. Pak..." Teriak Arrasya berhenti sebentar depan pintu utama Cafe.
Arrasya kembali berlari karena merasa suaranya tidak terdengar oleh kedua orang itu karena jaraknya yang lumayan jauh dari Arrasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...