Awal

50.1K 2.3K 141
                                    


#Pagi Hari            

              
            
             Pagi menyingsing, Cahaya Matahari tampak bersinar terang dari timur menembus celah jendela membuat mata indah remaja empat belas tahun itu mengerjap.

Bunyi alarm handphone terdengar yang memekakkan telinga juga berhasil mengusik tidur nyenyaknya, membuat remaja itu terpaksa bangun dari indahnya mimpi.
 

         

Meski nyawanya belum kembali sepenuhnya, remaja itu menegakkan tubuh lalu menggaruk kepalanya yang tiba tiba gatal. Tangan lainnya meliar menuju meja dekat lampu tidur untuk mengambil handphone yang masih berbunyi.

Mata yang tadinya sayu langsung membulat seketika melihat jam pukul enam pagi tepat tertera di layar handphone itu. Secepatnya ia menyibakkan selimut lalu berlari menuju kamar mandi.

Duggh

"Aduhh... ish..." pekik remaja itu kesakitan karena jempol kakinya tak sengaja menatap kaki kursi untuk belajar yang ada didekat tempat tidurnya.

Mengabaikan rasa sakit di kakinya, ia segera masuk ke dalam kamar mandi dengan menggerutu karena ia telat bangun terlambat di hari pertama ia sekolah ditambah kakinya yang masih nyeri.

           

Hari ini adalah hari pertama ia masuk sekolah. Di umur empat belas tahun remaja ini sudah duduk dikelas satu bangku SMA karena saat SD ia tak melalui kelas lima dan langsung loncat ke kelas enam.

Sebut saja Remaja itu, Arrasya. Remaja yang baru genap empat belas tahun satu bulan yang lalu ini adalah salah satu murid yang berhasil masuk ke Bratama High School, salah satu sekolah bertaraf Internasional yang merajai di bidang akademik maupun nonakademik.
          
Tidak semua orang bisa masuk di sekolah elit tersebut, hanya yang memiliki kantong tebal atau setidaknya kepintaran yang bisa masuk di sekolah ini dan orang yang beruntung.

        
Arrasya merupakan salah seorang yang beruntung bisa masuk di sekolah ini karena kepintarannya sehingga mendapatkan beasiswa penuh sampai lulus.



Di sini Arrasya hanya tinggal sendiri, di Rumah lantai dua berbentuk mininalis dengan pekarangan yang cukup luas. Tetapi masih ada seekor kucing orange jantan yang menjadi peliharannya dan satu kuda besi yang menemaninya kesana kemari.

Rumah ini adalah rumah peninggalan kakek neneknya yang ia tempati selama empat tahun terakhir. Ukuranya tidak terlalu luas tapi juga tidak kecil.

Rumah tersebut memiliki dua lantai tetapi dilantai dia hanya ada kamar milik Arrasya. Sedangkan halamannya dipenuhi dengan pohon dan tanaman yang ia rawat sendiri jika ada waktu luang.

Sebenarnya Kakek dan Neneknya tidak mempunyai ikatan darah dengan Arrasya. Kakek dan neneknya pernah bercerita bahwa mereka menemukannya saat masih umur satu tahun di suatu taman saat sedang meringkuk dan menangis akibat kedingan dikursi taman sendirian di malam hari.

Kadang Arrasya berpikir kenapa Kakek dan Neneknya itu sampai mau mengurusnya dari kecil tanpa ada imbalan sedikit pun. Bahkan mempercayakan seluruh hartanya kepada Arrasya.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang