Bermain

3.5K 384 26
                                    




Kaca besar di ruangan itu memantulkan sebuah objek yang sedang menata dirinya. Dasi biru abu abu ia kalungkan pada lehernya sekaligus merapikannya.

Sesekali tangannya kembali menyisir rambutnya yang sudah rapi. "Kalo rapi gini kan ganteng." Pujinya pada diri sendiri.

Yang terakhir, ia mengenakan almamater Bratama Highschool sebagai berakhirnya sesi Arrasya bersiap sekolah pagi ini.

Sembari menggendong tas di bahunya, Arrasya mulai berjalan keluar kamar menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Tak banyak orang yang ia temui selama, hanya beberapa maid dan penjaga saja.

Sudah Arrasya duga semua orang sudah berkumpul di meja makan menyisakan dirinya yang datang terakhir.

"Selamat pagi semua." Sapa Arrasya dengan ceria.

"Pagi." Balas mereka bersama sama.

Kali ini mereka belum sepenuhnya lengkap sebab Rizky, Ricky, dan juga Opa mereka masih berada di luar negeri karena pperjalanan bisnis.

Hanya ada saudara sekaligus ibunya. Keenand dan Mahendra sudah rapi mengenakan jas mahal beserta tuxedonya.

Reyhand dan Mahesa hanya memakai pakaian kasual untuk kekampus. Bara sama dengan Arrasya. Sedangkan Dewa hanya mengenakan celana pendek dan kaos polos.

Dewa sih tidak ada rencana keluar, kuliahnya juga belum di mulai. Jadi kemungkinan ia hari ini hanya luntang lantung di rumah.

"Tumben kamu datang terakhir?" Tanya Reyhand yang duduk di dekat Arrasya.

"Hehe.. sekali-kali." Jawab Arrasya dengan cengiran andalan.

"Oh ya. Ayah, Daddy sama Opa kapan pulang?" Sambungnya.

"Ayah kamu sama yang lain pulang hari ini." Balas Nadia sembari meletakkan beberapa lauk di piring Arrasya.

"Yahh, padahal Arsy belum request oleh oleh." Ucap Arrasya dengan ekspresi wajah pura pura sedih.

"Nggak usah sedih. Nanti Abang traktir nixue." Tawar Dewa langsung disambut senyuman lebar Arrasya.

"Arsy pegang janji Abang." Seru Arrasya kepada Dewa.

"Sudah sudah. Mari kita makan." Sela Nadia menghentikan percakapan itu.

Beberapa menit berlalu, sarapan di masing-masing piring mereka mulai habis. Meneguk air putih terakhir menjadi penutup sarapan Arraaya kali ini.

"Arsy sudah selesai. Arsy ijin berangkat dulu ya Bund." Kata Arrasya berniat meminta izin kepada Nadia.

"Tunggu sebentar. Kamu berangkat sama Abang." Sela Keenand yang melihat Arrasya mulai beranjak dari duduknya.

"Bang Keenand lupa hari ini ada meeting penting pagi?" Sahut Mehendra.
"Biar Abang yang antar kamu Ar." Lanjutnya. Keenand menatap tajam Mahendra.

Arrasya memutar matanya lelah. Hampir selalu seperti ini. Padahal mereka banyak supir, tapi selalu saja semua Abangnnya itu bertengkar hanya untuk mengantarnya.

"Kantor Bang Mahen kan beda arah sama sekolahan. Mending sama Abang aja, kampus Abangkan searah." Rayu Mahesa.

"Sama Abang aja. Aman sampai tujuan." Sahut Reyhand tak mau kalah.

Bara hanya menyaksikan saja, tak ada niatan ia untuk berkomentar karena yang pasti Bara akan bersama Arrasya.

"Stop." Jengah Arrasya.

"Daripada ribut ribut. Semuanya aja ikut anterin." Putus Arrasya yang sebenarnya hanya melontarkan kata kata saja dan tidak berekspektasi jika diwujudkan semua Abangnya.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang