Sekolah

12K 1K 41
                                    

#Pagi Hari


"Arsyy..."

Panggilan halus itu masuk ke gendang telinga si pemilik nama. Beberapa kali nama itu disebut tapi belum sanggup membawa si pemilik nama membuka matanya.

"Ayo Bangun..."

"Bentarr gue baru ikut tahlilan Bang." Racau manusia itu mulai terganggu tidurnya. Bukannya membuka mata, Arrasya justru menaikkan selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Nadia menggelengkan kepalanya sesaat. Nadia perlahan menarik kembali selimut tebal itu dari tubuh putranya.

Salah satu tangannya menepuk pelan pipi Arrasya agar terbangun. "Arsyy.. ini udah jam tujuh. Kamu nggak mau sekolah?" Ucap Nadia mengeluarkan jurus andalannya.

Mata yang tadinya terpejam erat langsung terbuka lebar. "Kenapa nggak bangunin dari tadi?!" Rajuk Arrasya sembari keluar dari kasur dan berlari menuju kamar mandi.

Melihat wajah putranya itu, Nadia tersenyum gemas. Beberapa hari bersama dengan putrannya, Nadia mulai mengetahui satu per satu tabiat yang selalu Arrasya lakukan. Ini contohnya.

"Seragam kamu udah Bunda siapin." Kata Nadia sedikit keras sebelum pergi agar terdengar Arrasya dari dalam.

"Iyaaa." Balas Arrasya.

Lima menit berlalu kegiatan mandi pagi itu berakhir. Menggunakan jurus grasak grusuk, Arrasya kesana kemari mengenakan seragam sekolah sekaligus mengemasi barang yang akan ia bawa.

Untung semalam Arrasya sempat mempersiapkan segala hal untuknya sekolah jadi tinggal dimasukkan saja. Walupun tetap saja Arrasya kelimpungan.

Merasa semua beres, Arrasya melesat keluar kamar dengan menyampirkan tas ke pundak kanannya. Buru buru Arrasya pergi ke ruang makan, semua orang berada di sana bahkan sebenarnya sudah dari tadi.

Kedatangan Arrasya memang ditunggu dari tadi oleh semua orang. Hingga batang hidung manusia itu muncul mendekati mereka, Arrasya langsung menjadi pusat perhatian di sana.

"Buset, Kamu kok cepet banget Ar? Baru juga sepuluh menit." Meskipun pertanyaan itu mendekati ejekan tetapi Arrasya tidak terlalu menggubrisnya. Pagi pagi tenaganya sudah terkuras hingga tak mau mengeluarkan tenaga lagi untuk membalas Dewa.

"Kamu niat sekolah apa ngamen?" Tanya Dewa lagi melihat miris ke arah Arrasya.

Tampilan Arrasya jauh sekali dari kata rapi. Kemeja putih berlogo osis yang Arrasya kenakan itu bahkan belum dimasukkan dengan benar. Tas yang ia bawa tadi pun belum sempurna tertutup.

Tangan kirinya menggenggam erat sebuah dasi yang belum sempat ia pakai sedangkan di tangan kananya membawa Almamater sekolah.

Rambut lebat yang biasanya ditata rapi itu pun kini tak beraturan karena belum ia sisir.

"Hahh.. Arsy huhh mau berangkat." Ucap Arrasya sembari berusaha menetralkan nafasnya.

"Sarapan dulu Arsy." Kata Nadia halus melambaikan tangan kecil sebagai isyarat agar Arrasya mendekat ke sampingnya.

"Udah nggak keburu Bund. Pasti udah telat ini." Kilah Arrasya panik sendiri. Perlu digaris bawahi, Arrasya sudah kapok karena terlambat seperti dahulu.

"Abang kamu yang ketua osis itu aja masih santai makan Ar." Ucap Mahesa dibumbui dengan sindiran untuk orang yang ia maksud.

"Apa?!" Protes Bara tersinggung mendengarnya.

"Kamu semangat sekolah banget sih. Emang di sekolah kamu ada apa sampe kamu semangat gitu?" Tanya Desi.

"Ini pasti udah jam tujuh lebih loh Mom, nanti Arsy telat gimana? Arsy nggak mau lagi ya kena hukuman." Balas Arrasya cepat.

Arrasya Brian A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang