Mina turun dari motor besar dengan sedikit melompat, ia memberikan helmnya kepada Chandra.
"Makasih ya," ucapnya seraya tersenyum.
Chandra menerima helm itu dengan senyuman, "berapa kali aku bilang nggak usah pakai makasih segala. Kayak sama siapa aja," ucapnya sambil mengaitkan helm itu dan ia sampirkan ditangannya.
"Gak papa itu kan kebiasaan yang baik. Eh beneran nggak mau mampir ketemu Jihan dulu?" tanya Mina.
"Nggak usah, nanti kalau Endro tahu bisa salah paham," jawab Chandra sambil bersiap. "Jangan lupa besok kita ke gereja bareng. Udah ya, aku pulang dulu," pamit Chandra.
Mina tersenyum sambil melambai, "iya, hati-hati. Jangan ngebut!" peringatnya.
Chandra mengangguk, ia menekan klakson motornya. Kemudian pergi dari sana.
Mina membalikkan tubuhnya, berjalan masuk ke dalam Niskala setelah meletakkan sepatunya di rak Niskala.
"Junior?" Mina mendekati dapur, mendapati seseorang yang sedang kelimpungan karena panggilannya.
"Lo masih nyolong sosis Niskala!?" tanya Mina sambil menatap kulkas Niskala yang terbuka. Rantainya kala itu sudah dilepas, karena mereka pikir babi liar sudah jinak. Nyatanya, hmmmm.
"Nggak, ini sosis indomaret bukan sosis Niskala," elak Jun sambil menyembunyikan makanan lonjong itu di balik punggungnya.
"Terus kenapa kulkasnya kebuka, Jun?" Mina memicing, mendekati Jun dan memaksanya untuk berputar.
"Nah kan, ini udah ada label nama kita. Ini punya Enjel, ini Yusi, Chessy. Astaga Jun! Colong punya sepupu lo aja!" seru Mina sambil merampas sosis-sosis itu.
"Mana punya Rosit?" tanya Jun sambil menengok ke dalam kulkas dan cengengesan.
Mina yang kesal memukul punggung lebar Jun, "lo pikir gue rela diamuk Rosi karena sosisnya ilang!!" seru Mina sambil menata ulang sosis ditangannya.
"Demi apa sih, gue tuh nggak nyolong. Gue pinjem bentar, nanti gue ganti,"
"Ngeganti lo sama sosis OKEY. Samjong dong, Jun?" sindir Mina sambil menutup kulkasnya rapat.
"Kenapa lo nggak nyolong punya Gabardin aja?" Mina membuka kulkas silver itu, dan dibuat menganga.
"Air putih doang?" pekiknya.
"Nggak. Sama es batu," Jun menggaruk pinggangnya yang gatal. "Lo jangan ngomongin ini ke siapa-siapa ya. Gue tobat beneran ini," ucap Jun.
"Yaudah sana balik ke Gabardin," ucap Mina.
"Iye iye. Eh Min, lo nggak punya temen jomblo gitu?" tanya Jun.
"Punya. Itu Jiyah, Chessy, Enjel, Yusi, deketin aja. Kalau Lisa, Jihan kan udah sold out. Rosi sepupu lo sendiri," jawab Mina santai.
"Dih! Ora sudi gue. Bye!" Jun berjalan gontai menuju Gabardin.
💒💒
Anak Gabardin sekarang lagi kumpul di ruang tamu. Menuhin jalan pokoknya, sampai-sampai pintu Niskala kehalang.
"Share udud donk kiwww!!" seru Jeko sambil menyodorkan tangannya ke Miko.
"Habis Jek!" Miko memberikan bungkus rokok camel itu ke Jeko.
"Jun! Jun! Lambe gue pait, bagi lah!" senggol Jeko ke Jun yang baru aja buka bungkus Marlboro merahnya.
"Lambe lo atau hidup lo yang pahit, Jek?" goda Dika sambil menyeruput kopi hitamnya.
"Moncong kau! Makasih Ntol!" seru Jeko ketika Jun memberinya sebatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis 97 [hiatus]
FanfictionWith 97line fokus menceritakan tentang perselisihan antara Kos Gabardin yang berisikan para lelaki. Dan Kos Niskala yang berisikan para wanita. start : 23 oktober 2020