Kisah 13 ➯ Hukuman 2

8.5K 1.2K 118
                                    

Pindah ke Jeko dan Enjel yang memanen tomat tanpa harus kepedesan kayak Yusi dan Dika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pindah ke Jeko dan Enjel yang memanen tomat tanpa harus kepedesan kayak Yusi dan Dika.

"INI MASIH KECIL NYET!" Jeko melempar  tomat yang kayaknya telat tumbuh itu ke kepala Enjel.

"Gue kan gak ikhlas ngelakuinnya," rengek Enjel sambil mencebik.

"INI LO METIK GIMANA SIH MASA PEYOT SEMUA?" tanya Jeko agak pengen 'nge-hih' kepala si Enjel.

"Gue asal tarik sambil penyet, habisan gue kesel sama si Rosi, pamer amat mentang-mentang sama Wini," gerutu Enjel sambil cemberut.

"Ya jangan pakai tenaga dalam setan! Lagian kenapa sih lo iri banget?" tanya Jeko sambil memilih tomat untuk dimasukkan ke karung.

"SIAPA YANG GAK IRI PASANGAN SAMA MALAIKAT!!!" teriak Enjel kesal.

"Santai dong, di depan lo juga malaikat kok," ucap Jeko sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Malaikat penjaga pintu neraka ya?" tanya Enjel.

"Ngeselin lo! Buruan tuh petik lagi yang bener, jangan sampai peyok. Gue setor dulu," Jeko bangkit dan pergi meninggalkan Enjel.

"Nyebelin," desis Enjel sambil menyahut keranjangnya kesal.

Enjel kembali memetik tomat dengan lebih lembut kali ini, cukup lama ia menunggu Jeko kembali.

Yang ditunggu datang juga, Jeko berlari ke arahnya dengan napas terengah.

"Habis dikejar anjing lo?" tanya Enjel.

"Nih, gue tadi nyolong buah jambu gak tau punya siapa. Rasanya seger, coba deh!" perintah Jeko, dan Enjel menerimanya dengan senang hati.

"Enak kan?" tanya Jeko antusias.

Enjel mengangguk, membuat Jeko tersenyum sambil menekan kepala gadis itu. "Kerja yang bener!".

💒💒

Sementara pasangan wortel alias Endro dan Jihan tidak banyak bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara pasangan wortel alias Endro dan Jihan tidak banyak bicara.

"Ekhem," deham Endro. Tetapi Jihan tidak menanggapinya.

Garis 97 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang