Kisah 24 ➯ Apresiasi

8.6K 1.1K 177
                                    

Part terpanjang yang pernah gue tulis




"Terima kasih sudah mau hadir di rumah saya yang jauh sampai melewati puluhan ribu pulau  dan mengarungi samudra di Indo —,"

"Bacot, Mik!" seru Jeko yang lagi asik main pubg di ponselnya.

"Gue lagi latihan pidato tahu! Bapak gue mau syukuran rumah baru," jawab Miko sambil membaca kertas yang sudah terlihat kumal itu.

"Kertasnya kok jelek banget? Keterocohan itu?" tanya Yogi.

"Diilerin," sahut Endro yang melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Yeeee ludah mah mengandung asam klorida yang bagus untuk serat kertas!" jawab Miko.

"Ih goblok ya?" Jun menoyor kepala Miko saking keselnya.

"Asam klorida mah di lambung. Lo SD joninya udah ngacengan sih gedennya jadi otak yang ngaceng," ejek Bams. Dia lagi berkutat di laptopnya buat bikin ppt yang udah berpuluh-puluh halaman itu.

"Tau! Yang di ludah itu enzim amilase sama ptialin! Gue meskipun anak ips aja tahu pelajaran dasar gini. Lo yang— udahlah gak usah dilanjutin nanti mental lo breadtalk lagi," sahut Dika, dia lagi mabar bareng Jeko.

"Udah jangan dibully, kasian Pak Kasim kalau tahu anaknya sebego ini!" bela Endro.

"Hah? Lo kenapa sih?" Jeffrey yang awalnya cuek sama keributan ini jadi heran lihat Endro yang biasanya pasrah jadi kaya gini.

"Jihan effect! Ketularan pedes ngomongnya," gerutu Yogi. Terus pindahin posisi kepalanya di paha Jun yang sayangnya kepalanya malah diciumin ke lantai.

"Jahanam!" maki Yogi.

"Lah lo menggelikan, kayak kajol sama shah rukh khan aja!" sembur Jun.

"Iya ya, cie sama Jihan cie," ejek Bams.

"JIHAN PWIT PWITTTT!!!" Dika dengan congor kompornya mulai beraksi.

"Ceritain dong!" seru Jeko sambil nyenggol punggung Endro dengan sikunya.

"Ngapain? Kayak cewek aja," gumam Endro.

"Halah malu-malu! Endro mah ceritanya ke Jeffrey doang. Iya nggak, Jeff?" tanya Miko.

Jeffrey hanya bergidik dan lanjut membuat laporan.

"Cowok itu jarang curhat sama sesama cowok. Palingan sama sabat ciwinya," seru Dika.

"Memangnya Jeffrey cewek?" tanya Bams.

"Tau GUOBLOK! Kenapa gue harus ketemu sama orang-orang yang berotak kecil yang kecilnya mengalahi mikroorganisme plankton di dalam laut!" cerocos Jun, gatel banget pengen mukul Bams.

"Kok bahasa lo jadi kayak Rosita?" tanya Jeffrey.

"BAHASA GUE DARI DULU GITU KOK!!" teriak Jun heboh.

"Iya-iya yang beli nasi goreng sampe jam 2 pagi ternyata kencan dulu sama Rosi," sindir Yogi. Mengingat malam itu, anak Gabardin nungguin Jeff sampai ketiduran di ruang tengah bareng-bareng. Eh si Jeffrey pulangnya malah pagi banget.

"Iya udah kaya sahur," sahut Jeko.

"Mereka kan satu gen, wajar aja gak ada yang bener," sahut Endro.

"KAN! KAN! ENDRO INI JANGAN DIBIARIN BERGAUL SAMA JIHAN! GAK SETUJU GUE!" teriak Dika lantang.

"Lah ngatur?" gumam Jun.

"JUN GUE LIHAT LO LOH JALAN SAMA JANDA KEMBANG KEMARIN," teriak Miko girang.

"Pala lu anying! Itu Suhay, mantannya Bang Johan!" sergah Jun.

Garis 97 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang