Kisah 43 ➯ damai

7.4K 989 173
                                    

Masih inget cerita ini gak?

💒💒

Malam itu, setelah isya' tepatnya. Seluruh penghuni Gabardin dan Niskala berkumpul di halaman depan rumah Pak Eko dan Bu Yuni.

"Kalian tau nggak kenapa saya nyuruh kalian kumpul gini?" tanya Bu Yuni menggunakan mikrofon. Udah kayak mau pentas seni aja.

"Nggak tau," jawab mereka serempak, sebagian ada yang menggeleng.

Tiba-tiba Pak Eko menyerobot mikrofon yang ada di tangan Bu Yuni, "kalian tau diri kan selama tinggal di kosan kami tingkah kalian bagaimana?".

Tawa Miko terdengar nyaring, "untung gue gak tau diri JIYAHAHAHA,".

Sontak Jiyah yang merasa sensitif dengan tawa itu udah ancang-ancang mau ngelempar sandal ke muka Miko. Beruntung di tahan sama Mina.

"Kalian bisa diam nggak!" bentak Pak Eko masih menggunakan mikrofon.

"Kenapa sih dengung tau nggak!" semprot Bu Yuni yang berdiri di samping Pak Eko.

Wini yang lelah pun akhirnya mengambil tempat untuk berdiri di tengah mereka. "Intinya ya, mereka mau bantuan kalian buat nurunin hasil panen besok di depan rumah ini karena gudang panen kita lagi di renovasi," ucapnya.

"WUUUU GITU BASA BASI SEGALA!!!" teriak Junior sambil ngebalikin jempolnya. Pak Eko sama Bu Yuni cuma senyum malu.

"PAKEK NGUNGKIT KESALAHAN LAGI DASAR PAK EKO!!!" timpal Jeko.

"Yang sopan dong sama orang tua!" tegur Jihan.

"Apaan sih orang Pak Eko juga bahagia kita sorakin?" seloroh Dika tak terima.

"Bahagia pantat lo bahagia! Lo lihat dong mukanya!!" Yusi menunjuk wajah Pak Eko.

"Kenapa? Lihat dia tersenyum bahagia!" ucap Bams yang udah berdiri di sebelah Pak Eko, dia nengok ke arah Pak Eko yang udah melotot ke dia. Karena itu Bams jadi merinding dan malah noel noel dagu Pak Eko. "Utututu gemasnya,".

"Jangan sentuh bapak gue, dia lagi pelihara jenggot. Kalo lo sentuh tu dagu ntar jenggotnya kaga jadi keluar karena trauma!" ucap Wini sambil membuang tangan Bams dari dagu Pak Eko.

"Bapak lo aja demen, iya kan cayang ututu," ucap Bams lagi sambil noelin dagu Pak Eko. Kayak godain anak kecil aja.

"Iya suka xixixixi,"

"Bangke," Bams malah syok sendiri.

"Harap tenang! Jadi gimana? Anak Gabardin mau hak bantuin saya? Soalnya pegawai juga bertepatan libur, dan ini gak bisa ditunda," ucap Bu Yuni.

"Bu Yuni gak usah sungkan lah, kayak sama siapa aja. Besok kan tanggal merah jadi jadwal kita kosong semua, kita bakalan bantuin kok," putus Endro sambil tersenyum.

"Bu Yuni!!" panggil Mitos sambil mengangkat tangannya. "Masak Gabardin doang yang angkat-angkat? Kenapa Niskala enggak?" tanya Miko.

"Kebiasaan deh iri dengki," sindir Lisa.

"Nah kayak dia nih! Dia kan lebih lakik dari Bams kenapa gak diajak?" tanya Junior.

"Anjing maksud lo gue banci?" semprot Bams.

"Kata Rosi sih lo letoy," sahut Yogi bahagia.

"Jangan ganggu gue kek, lagi males adu bacot," jawab Lisa. Spontan anak Gabardin langsung menatap Lisa heran. Kok tumben gitu.

"Pasti gara-gara lo nih," tunjuk Jeko ke Bams.

"Enggak anjing! Gue bahkan gak berinteraksi sama dia seminggu lebih," jawab Bams bingung.

Garis 97 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang