Kisah 44 ➯ Romusha

6.9K 912 335
                                    

Awas bosen, 3k+ words

💒💒

Pagi harinya anak Gabardin dan Niskala udah stand by di depan rumah Pak Eko. Bahkan Miko sama Junior udah pake handuk kecil di kepalanya, diiket ke belakang gitu jadinya kepala mereka gak kena panas.

Truk pembawa hasil panen itu datang dan atret buat mundur ke belakang, di pekarangan rumah Pak Eko tentunya.

"Terus! Terus! Terus!" teriak Bams.

"Diam kamu!" sentak Pak Eko.

"Loh dibantuin kok sensi sih Anda!?" cerca Bams sambil berkacak pinggang.

"Ya kamu teras terus mulu! Itu bak truknya hampir nyentuh kanopi rumah saya dodol!" gerutu Pak Eko yang pagi hari ini memakai kaos oblong sobek-sobek, ini kaos kebesarannya sebagai tukang kebun.

"Udah-udah jangan ribut," lerai Wini.

Endro dan Yogi dengan sigap membuka pintu bak belakang, setelah terbuka ada karung yang melorot hampir mengenai mereka berdua. Beruntung Endro dan Yogi cukup sigap untuk menahannya.

"Ini kol?" tanya Yogi.

"Iya, taruh garasi sini ya," Pak Eko mengarahkan mereka ke garasi samping rumah. Garasi itu cukup tinggi dan besar karena itu tempat parkir truk milik Pak Eko.

"Win ambil troli buat angkat barang," perintah Pak Eko. Wini pun menurut dan berjalan ke garasi.

"Gue bantuin sini!" Dika dengan langkah lebar menyusul Wini dengan senang.

Di dalam garasi, ada 4 buah troli yang ukurannya cukup besar untuk mengangkat karung.

Saat mereka berdua kembali, Miko dan Jeffrey sudah ada di atas bak truk untuk membantu menurunkan dari atas. Sedangkan Endro dan Yogi yang menerima dari bawah. Mereka berdua menata karung itu di atas troli.

Jun, Bams, Jeko, dan Dika bagian dorong trolinya sambil bantuin nata karung. Sedangkan Pak Eko dan Wini bantuin nurunin dari troli dan nata di garasi.

"Anying lah gue menyesal naik duluan di atas truk," cerocos Miko sambil mengusap keringatnya.

"Salah siapa lo begayaan manjat truk, yaudah sekalian diatas lah!" jawab Yogi sambil menerima karung yang Miko dan Jeffrey berikan.

"Hey! Hidup itu kadang di atas kadang di bawah," ucap Miko.

"Hey!" Jeko menirukan ucapan Miko. "Penyesalan memang datang diakhir," lanjut Jeko sambil berjalan menjauh mendorong trolinya.

"Hahahah anjing," tawa Endro, hal itu membuat Miko, Jeffrey, Yogi, serta Jun dan Bams yang masih di sana menatap kearahnya.

"Kenapa?" tanya Endro kaku. Lalu waktu berjalan kembali tanpa ada yang menjawab pertanyaan Endro.

"Heh Yog! Pelan-pelan lo naruhnya! Ini karungnya rapuh kayak hati Bams!" tegur Jun sambil membenarkan karung itu.

"HUBUNGANNYA SAMA HATI GUE APA YA NTOL?" teriak Bams ngegas.

"Juntolku sudah besarr," Jeko kembali dari garasi dengan menaiki troli yang didorong oleh Dika.

"Manusia aneh, jelas ada hubungannya. Disentuh sedikit udah berurai," lanjut Jun sambil mendorong trolinya yang sudah terisi.

"YA TAPI HUBUNGANNYA APA ANJIR DARI TADI GUE TANYA!" teriak Bams semakin keras.

"Gak ada hubungannya, itu cuma perumpamaan. Kayak karung itu yang mampu nampung segala beban, tapi kalo disimpen doang lama-lama bedah," sahut Jeffrey yang sedari tadi mengunci mulutnya.

Garis 97 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang