Kisah 14 ➯ Hukuman 3

8.5K 1.3K 340
                                    

Sebuah keajaiban dimana seorang Junior Adibrata tidak mengeluarkan banyak kata dan menutup mulutnya rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah keajaiban dimana seorang Junior Adibrata tidak mengeluarkan banyak kata dan menutup mulutnya rapat. Hanya karena satu persoalan, gak ada yang ngajak dia ngobrol.

"Lo berdua ngomong kek!!" seru Jun. Jeffrey yang sedang mencangkul tanah disekitar umbi mendongak, menatap Jun yang agaknya malas-malasan.

"Kita mau panen kentang, bukan musyawarah," jawab Jeffrey. "Dah tu cabut!" perintah Jeffrey.

Jun berdecak kesal, "gak asik ahhhhh! Masa gue dipasangin sama patung sih!" gerutu Jun sambil mencabut pohon kentang itu.

"Hati-hati," peringat Jeffrey.

"Makan nih hati-hati!!" seru Jun sambil melempar pohon umbi itu asal.

"Goblok," maki Jeffrey. Lalu bangkit dan memungut pohon itu.

"Gue yang nyangkul deh," Jun mengambil alih cangkul Jeffrey, sedangkan Jeffrey menaikkan bahu malas. Ia menghampiri Mina yang duduk di sebuah gubug kayu.

"Nih Min," Jeffrey menyerahkan umbi itu ke Mina untuk dipotong dari akarnya.

"Duh, Jeff," ringis Mina.

"Telunjuk lo kena pisau?" tanya Jeffrey.

Mina mengangguk pasrah. Jeffrey langsung meraih tangan Mina, lalu memasukkan jari telunjuk Mina yang berdarah ke dalam mulutnya. Lalu meludah dan mengeluarkan darah.

"Aduh! Lo gigit bahlul!" protes Mina.

"Kagak bege," jawab Jeffrey.

"Ada apaan?" tanya Jun.

"Tangan Mina kena pisau, darahnya udah gak begitu ngalir sih. Gue cari plester dulu," pamit Jeffrey sambil mengangkut karung yang sudah penuh.

"Sakit Min?" tanya Jun.

"Pertanyaan konyol, Jun," jawab Mina dengan kekehannya.

"Udah diemut Jeffrey ya?" tanya Jun. Mina menyodorkan telunjuknya ke arah Jun.

"MIN NGALIR LAGI!" teriak Jun histeris, hendak memasukkan jari Mina ke mulutnya tapi ia urungkan.

"Kok gak jadi?" tanya Mina.

"NANTI GUE INDIRECT KISS SAMA BATANG DONG!" teriak Jun malas.

"Sampai ke situ pikiran lo," tawa Mina.

"Nunggu Jeffrey kelamaan, gue punya plester tradisional," Jun bangkit, lalu berdiri di gubug tua itu. Tangannya sibuk menggerayangi pojokan ruangan dan menemukan sesuatu.

"Taraaa~, sawang putih. Dulu nenek gue juga sering pakai ini kalau luka," Jun kembali duduk di sebelah Mina dan memasangkan sawang putih itu ke jari Mina secara telaten.

"Makasih, Jun,"

"Santai Min," jawab Jun dengan senyumannya. "Lo masih bisa lanjut kerja kan?" tanya Jun sambil menatap Mina khawatir.

Garis 97 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang