6. Tertolak

32.1K 3.5K 628
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

"Lagi?" tanya Hito pada Auxy, mengangkat kedua tangannya yang penuh paper bag dari berbagai brand terkenal sedang digandrungi remaja. Seperti memberitahu, Ini loh, belanjaan kamu udah banyak!

"Masih kurang?" tekannya sekali lagi.

"Kurang. Sayang! Kapan lagi 'kan kamu mau nemenin aku kayak gini," jawab Auxy manja, tanpa memedulikan raut wajah Hito yang tertekuk masam.

Matanya berbinar melihat beberapa pakaian yang terpajang pada etalase. Melepaskan begitu saja tangannya yang melingkar di lengan Hito lalu masuk ke dalam toko, membuat Hito mau tak mau berjalan mengekorinya.

Sedari tadi Hito hanya mengikuti langkah Auxy keluar-masuk outlet tanpa banyak komentar dan tanpa minat.

Ia menyesali keputusannya— menuruti apa saja yang Auxy mau hari ini, sebagai bentuk hukuman telah menghilang tanpa kabar selama satu minggu.

Dan perempuan yang seumuran dengannya itu sukses besar menyiksanya. Dimulai dari dirinya menunggunya selesai bimbingan, mengantarnya ke Salon, hingga mengajaknya berkeliling Mall.

Ia hampir mati kebosanan.

Hito duduk pada sofa, membiarkan Auxy berbincang dengan pramuniaga yang melayaninya. Ia mengelurakan ponselnya dari saku celana dan satu dengusan lolos begitu saja saat tak menemukan satu pesan pun dari Ines.

"Syang, bagus yang mana?" tanya Auxy. Menunjukkan dress yang ada di masing-masing tangannya.

"Bagus semua," jawab Hito pendek sambil mengirim pesan pada Ines.

Hito

Dimana, Sayang?

Sama siapa?

Lagi ngapain?

Jangan ilang-ilangan!

Auxy menghentakan satu kakinya, menciptakan suara heels beradu dengan lantai marmer Mall. Menghempaskan bokongnya tepat di sebelah Hito. "Lagi chat sama siapa? Penting banget? Sampai-sampai kamu bahkan jawab pertanyaan aku tanpa ngelihat!" Bibirnya mengerucut sebal.

"HITO! DENGER NGGAK SIH?"

Tangan Hito menghindar saat Auxy akan menarik ponselnya. Ia segera mematikan layar ponselnya dan kembali memasukkannya ke dalam saku celana, menghindari Auxy yang akan merebut ponselnya. Entah sejak kapan Auxy sudah duduk di sebelahnya.

Bibir Auxy terbuka disusul dengusan tawa bercampur amarah, tak percaya akan apa yang baru saja terjadi.

"Kamu nyembunyiin sesuatu dari aku?" tanya Auxy menuntut, manatanya memincing curiga. "Takut banget aku pegang hpnya!" sindirnya telak.

Fight for HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang