24. Pelampiasan Hasrat

27.7K 3.2K 440
                                    

Eist, sebelumnya mau minta tolong nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eist, sebelumnya mau minta tolong nih. No spoiler ya  👌

Terimakasi 🤝

•Happy Reading•

Mata Ines menajam mencari keberadaan Dilla di ruangan besar yang ramai lautan manusia. Dentuman musik keras serta gemerlap lampu disko mengiringi setiap langkahnya yang terseok akibat bertabrakan dengan beberapa pengunjung lainnya.

Ruang gerak yang sempit membuatnya sesak, kepalanya mulai terasa pening.

Dunia malam seperti ini terlalu asing baginya.

Mendapati Dilla duduk di depan bartender, Ines segera melangkahkan kakinya mendekat, ia menepuk pelan bahu terbuka gadis itu.

"Akhirnya dateng juga," kata Dilla sedikit berteriak.

Tak hanya mata, ternyata telinga Ines juga harus bekerja ekstra keras untuk dapat mendengar suara Dilla di sela-sela musik DJ yang mengalun. "Kenapa nggak telepon Bian atau Ryan aja sih?" gerutunya.

"Ryan udah balik Jakarta, dia kan udah lulus. Telepon Bian sama aja bunuh diri, aku nggak bilang dia kalo lagi ke sini." Dilla menyengir tanpa dosa.

Ines memutar bola matanya sebal, Dilla tetaplah Dilla. Gadis yang suka kebebasan dan mengenal akrab setiap detail dunia hiburan yang ada di kota ini. Hito, Bian, dan Ryan pun tak juah berbeda.

Jika dulu Hito menjadi penghalang terbesarnya untuk berkunjung meski rasa penasarannya sangat besar, namun kini lelaki itu juga yang menjadi alasannya datang.

"Yaudah," pasrah Ines. "Mana Hito?"

Dilla menunjuk arah kursi setengah lingkaran dengan meja kecil di depannya. Di sana ada Hito duduk merentangkan kedua tangannya di atas sofa, dihimpit dua perempuan berpakaian sexy menggoda.

Perempuan sebelah kiri menyandar kepalanya di pundak tegap Hito, kemudian pada sisi lainnya, suksek membuat bola mata Ines membesar. Mereka sedang melakukan aksi saling bertukar saliva.

Amarah Ines bergejolak menuntut pelampiasan.

"Mending cepet bawa pergi deh, keburu kena jebakan batman para jalang. Udah hampir 2 minggu tuh anak kayak gitu," ujar Dilla menjabarkan fakta yang Ines baru tahu.

Ines menghela napas berat saat langkah kakinya kian mendekat. Berdiri tepat di hadapan mereka dengan kedua tangan menyilangkan di depan dada dan bertanya. "Udah dibayar belum kalian sama dia?"

Ines mengumpat dalam hati, Hito sama sekali tak terganggu dengan kehadirannya dan Dilla, tetap asyik bercumbu, sepertinya lelaki itu sudah terbawa pengaruh alkohol atau sudah waktunya memuaskan nafsunya.

Tangannya Ines berada di dahi Hito juga dahi si perempuan, memisahkan paksa kedua insan yang di mabuk minuman bercampur gairah.

"Woi, lo siapa, sih?" sentak si perempuan bergaun merah terang itu kesal.

Fight for HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang