06 | panic✔️

83.5K 6K 90
                                    

Jangan di lupain vote dan komen nya ya!

••

Dengan tergesa Agatha menstop taksi di gang kompleks nya terlihat Arthur dan Rey mengejarnya dari belakang, sifatnya memang kekanak-kanakan namun hatinya yang membuatnya seperti ini.

Sungguh sakit saat Anna mengatakan tak suka padanya sedangkan Rey yang mulai menerimanya itu sangat bertolak belakang. Agatha merasa tidak cocok berada di lingkungan rumah Arthur.

"Pak buruan." ucap Agatha pada sopir taksi tersebut.

"Iya mbak kemana?"

"Jalan dulu aja keburu ngejar tuh." jawab Agatha.

"Baik mbak." kata sopir taksi itu lalu melajukan mobil nya cepat, Rey dan Arthur menghentikan lari mereka karena tidak mungkin mengejar Agatha lagi.

"Seharusnya tadi kita bawa mobil pa." ucap Rey ngos-ngosan.

"Mana sempat papa keburu panik jadi yaudah papa lari." balas Arthur juga ngos-ngosan.

"Udahlah sekarang mending kita susul bunda aja pa."

"Jangan, biarin aja... Bunda kamu butuh sendiri gak jauh perginya paling ke rumah oma kamu, mending sekarang bujuk Anna aja buat keluar dari kamarnya, Anna belum makan papa juga belum minta maaf sama Anna." ujar Arthur ternyata di angguki Rey.

Mereka pun menuju ke rumah mereka dengan berjalan santai, lumayan jauh jarak dari rumah mereka ke gang utama kompleks.

Sungguh seharusnya Arthur tidak membentak Anna di depan Agatha, ia tidak tahu akhirnya akan jadi seperti ini, tanpa pikir panjang apa yang akan terjadi setelahnya. Hati Agatha ternyata sangat sensitif dibandingkan dihari waktu ia bertemu dengan Agatha.

Arthur si pria yang tidak bisa mengendalikan emosinya.

••

Di sisi lain seorang gadis terduduk bersandar di ranjang nya, gadis tersebut tak lain dan tak bukan adalah Brianna memikirkan bagaimana cara meminta maaf pada papanya dan juga bundanya.

Berteriak di depan kedua orang tua merupakan hal yang tidak terpuji. Anna merenungkan dirinya, tak seharusnya ia bersikap seperti itu, nilainya turun bukan karena itu melainkan karena masalah percintaan nya dengan Vano yang membuatnya menggila.

Vano dengan teganya memutuskan hubungan secara sepihak demi perempuan yang lebih baik darinya dan lebih parahnya berlaku kasar padanya, Anna sadar itu pantas karena apa yang bisa di banggakan dari anak penyakitan seperti dirinya?

Anna mencoba untuk menepis pikiran nya itu jauh-jauh namun tidak bisa, Anna berbohong pada dirinya sendiri kalau ia bisa namun nyatanya sama sekali tidak.

Sungguh, Vano lelaki brengsek yang pernah ia temui! Umpatnya dalam hati.

"Anna harus gimana? Anna sadar Anna teriak di depan bunda dan papa, maafkan Anna, Anna menyesal. Anna mau coba buat terima bunda di hidup Anna, tolong." lirih Anna sebelum Anna pingsan karena lelah menangis.

••

"Atha kenapa kesini nak? Mana suami kamu?" tanya Ningsih melihat anaknya datang tapi tidak dengan suaminya.

"Males ah mi bahas Arthur." jawab nya langsung menyelonong masuk ke dapur.

"Heh jangan gitu, masa sama suami sendiri males?"

"Lagian kita berantem tadi jadi males, mami tau sendiri kan ah dahlah." ucapnya sembari memakan ayam yang di sajikan di atas meja.

"Ayamnya enak banget mi siapa yang masak?" Tanya Agatha sembari memakan satu potong paha ayam di tangannya.

"Mami lah, mami jarang masak jadi mami masak, bi Iyem gak ada soalnya. Anaknya sakit di kampung jadi mau gak mau harus pulang dan mami rada terpaksa masak kaya gini." jawab Ningsih greget.

Pantas saja rasanya beda, selama hidup baru kali ini Agatha merasakan masakan maminya karena memang maminya jarang sekali masak yang selalu masak adalah bi Iyem.

"Papi mana?"

"Dari tadi banyak nanya kamu! Papi belom pulang lah." jawab Ningsih lagi, anaknya cerewet sekali!

Drtt.. Drtt...

Arthur 🦒 is calling

"Tha Arthur telfon tuh angkat gih malah asik makan." ucap Ningsih.

"Dih paling minta aku pulang kan dia bisa jemput aku kalo mau." jawab Agatha acuh.

"Angkat dulu aja siapa tau penting, jangan gitu ah mami gak suka, waktu kamu berantem sama Brandon aja telfon dari dia langsung di angkat tuh." ungkit Ningsih yang membuat Agatha kesal sendiri.

Agatha pun mengangkat telfon dari Arthur sudah 3 kali Arthur menelfon nya tapi tidak ia angkat, Agatha menghela napas sebentar setelahnya baru ia mengangkat telfon nya.

"Halo kenapa?" tanya Agatha sewot.

"Anna sakit, pulang ya? Bantu aku."

"Yang bener? Kamu gak boong kan?" tanya Agatha mulai panik. Sebab ia pergi dari rumah dengan keadaan kacau, Anna menangis dan itu bisa saja membuat Anna pusing.

"Engga, aku minta kamu pulang ya? Rey udah nanyain terus nih, mau aku jemput?"

"Gak usah aku pulang sekarang." jawab Agatha langsung mematikan telfon secara sepihak.

"Kenapa kok panik?" tanya Ningsih ikut panik melihat Anaknya panik.

"Anna sakit aku harus pulang mi, makasi makanan nya enak banget mi lain kali aku masakin buat mami, love you mi see you." ucap Agatha langsung berlari keluar rumah setelah mencium pipi sang mami.

Ningsih menggelengkan kepalanya, dan segitu besar rasa sayang Agatha untuk anak Arthur sampai sakit pun Agatha langsung pulang dengan perasaan panik.

Tapi Ningsih sangat bersyukur ia mendidik Agatha dengan baik, hingga Agatha tidak lupa kewajibannya untuk pulang lagi ke rumah suaminya.

••

Agatha dengan perasaan bersalahnya melangkah ke rumah besar milik Arthur di sambut oleh Rika yang menatapnya dengan sinis.

Entah apa yang Rika siniskan darinya yang pasti tatapan itu mengisyaratkan bahwa dirinya yang lebih berkuasa di banding Agatha.

"Kamu kenapa Rika?" tanya Agatha heran.

"Seharusnya kamu yang kenapa, lagian kalo bukan nona Anna yang meminta kamu pasti tidak akan di panggil Arthur." hey sopan santun Rika dimana? Memanggil majikan dengan nama? Oh sungguh Agatha tidak percaya itu.

"Maaf tapi bukan kah aku bundanya jadi aku yang di panggil, tolong Arthur itu lebih tua darimu sopan lah sedikit dengan memanggil Arthur, tuan." sindirnya.

"Lo belom lama sama mereka ya jadi jangan sok."

"Anjir, umur berapa si? Beraninya..." Agatha menjadi sewot, ia tidak bisa membiarkan seseorang meremehkannya seperti ini.

"Umur gue gak jauh dari Rey, umur gue 23 tahun puas lo?"

"Cih, jangan sok juga ya, bunda umurnya 27 tahun. Malu dong yaampun mba tu baru umur 23 tahun baru 1 tahun disini udah berlagak kaya majikan aja, ngaca mba di kamar mbanya ada kaca kan? Apa perlu saya belikan." ucap Rey yang tiba-tiba datang.

"Tu-tuan."

"Oh jadi kelakuan mba begini, iya? Mau jadi istrinya papa? Mau jadi mama buat aku dan Anna? Jangan harap Mba, mba masak juga gak becus, cuci piring salah, potong rumput terlalu pendek.. Bukan mama idaman buat aku, yuk bun Anna nyariin bunda." ucap Rey yang membuat Rika terdiam, rasa malu menyeruak di tubuhnya.

"Yaudah yuk."

••

Tbc

Gimana nih? Jangan lupa vote dan komen nya ya selalu itu!

See you 🖤

BUNDA ATHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang