Agatha masih berada di sebelah ranjang Stormy setelah makan dan minum obat nya, Storny bangun jam 10 pagi tadi ia mengigau Agatha memarahinya membuat Agatha semakin merasa bersalah.
Namun saat Stormy terbangun yang pertama kali di tanyakan adalah Agatha, Stormy langsung memeluk dan memberi tahu apa yang ia mimpikan selama tertidur pada Agatha.
Stormy juga lupa bagaimana Agatha mengomelinya di kamar kemarin malam, membuat Agatha sedikit merasa tenang dan tidak perlu risau Stormy akan takut padanya. Stormy tengah memainkan MacBook milih Rey karena milik Stormy berada di rumah.
"Bun Rey keluar bentar ya, mau anterin Aruna ke gramedia Aruna minta anterin soalnya." Ucap Rey ia beranjak dari duduknya.
Anna mengetahui Rey memiliki pacar dan awalnya ia Shock namun pada akhirnya ia menerima toh ia juga akan memiliki pacar nanti dan tidak selamanya Rey menjadi jomblo.
"Pergi aja pulangnya jangan kemalemam biasanya kalo pacaran suka gak inget waktu." Jawab Agatha sembari terkekeh kecil menanggapi Rey.
"Iya bun cuma anterin ke Gramedia aja kalo udah Rey balik lagi paling juga dua jam gaakan lebih. Rey janji deh bun."
"Jangan janji, udah pergi sana Aruna nanti nungguin kalo kelamaan kalian berantem kan gak enak tuh di dengernya." Rey mengangguk ia pergi tak lupa menyalami Agatha.
"Bun Mymy mau minum." Ucap Stormy ia mengalihkan pandangan dari MacBook ke Agatha.
Agatha mengambilkan minum dan memberikan nya pada Stormy, setelah minum sekitar setengah gelas Stormy kembali menidurkan diri dan memainkan Macbook lagi Agatha tidak melarang karena saat ini Stormy sedang sakit.
Selang beberapa menit Arthur datang bersama Ravi dan Ningsih di belakangnya.
"Mau ikut liat pelakunya gak Tha? Katanya mau liat." Ucap Arthur setelah ia menciumi wajah Agatha. Kebiasaan Arthur ini sudah dilakukan sejak dua bulan menikah dengannya.
"Ayo deh udah mau maki-maki nih mulut." Jawab nya dengan semangat, Anna ikut menyaut ingin ikut melihat pelaku yang mencoba membunuh Stormy.
"Disini biar mami sama papi yang jagain Stormy, kamu liat aja, mami udah liat dan kamu gaakan nyangka setelah sampai sana. Anna kalo mau ikut juga gapapa kok gaakan rugi liat mereka." Ucap Ningsih.
Agatha dan Anna mengangguk keduanya benar-benar semangat ingin melihat pelaku yang minta di bunuh itu. Namun ia ingat kembali bahwa membunuh bukan hal yang baik untuk dilakukan.
Tanpa pikir panjang lagi mereka akhirnya pergi ke tempat dimana keduanya di sekap sebelum laporan ke polisi sampai dalam waktu satu hari ini.
••
Plak!
"Saya benar-benar tak habis fikir dengan jalan pikiran kamu Lisa, saya juga tau kamu itu iri dengan interaksi keluarga saya yang memang tidak kamu dapatkan selama kamu hidup tapi bukan begini cara kamu membalaskan apa yang kamu tidak dapatkan!" Bentak Agatha setelah ia menampar pipi Lisa di hadapan ibu nya Lisa.
"Maafkan saya nyonya..." Lirih Lisa menangis dalam menunduk ia tidak bisa mengusap pipinya karena tangan nya di ikat.
"Setelah apa yang kamu perbuat apa kamu pantas untuk mendapatkan maaf dari saya? Bahkan anak saya saja tidak pernah mau memaafkan pelaku yang berani mencoba membunuhnya. Saya tanya kamu punya otak gak? Atau otak kamu cuma di pajang?" Tanya Agatha sarkas, ucapan nya begitu pedas.
"Kenapa diem apa emang bener kamu gapunya otak sampai-sampai kamu melakukan hal yang seharusnya tidak kamu lakukan di kehidupan kamu yang masih berumur 16 tahun sama seperti Anna?"
Brak!
Agatha menggebrak meja. "JAWAB JANGAN HANYA DIAM!" Bentak Agatha dengan teriakan nya sebelumnya ia tidak pernah semarah ini pada seseorang, namun kali ini benar-benar keterlaluan dan pantas mendapatkan itu.
"S-saya punya otak dan saya melakukan itu karena khi-khilaf."
"Khilaf saya gak salah denger? Saya harap kamu emang membusuk di penjara walau kamu masih di bawah umur untuk masuk penjara. Saya juga berharap kamu di hukum mati aja supaya gak membebani petugas di penjara nanti."
"Jaga ucapan kamu Agatha! Anak saya tidak pantas untuk mendapatkan itu." Agatha terdiam sejenak ia meremehkan ucapan Putri mama dari Lisa.
"Tidak pantas, terus apa pantas anak saya menjadi mayat?! Ia tidak bersalah Putri yang salah anak kamu jangan sampai saya darah tinggi hanya karena meladeni ucapan kamu yang tidak sopan itu." Ucap Agatha ia juga tidak sopan sebenarnya.
"Kok diem aja? Sadar anaknya telah mencoba untuk membunuh seseorang? Sadar anaknya mencuri barang mahal hanya karena ingin membunuh seseorang? Ibu sama anak punya otak kok cuma di pajang, atau otaknya pindah dengkul?"
"Cukup Tha jangan sampai kamu lepas kendali, liat Anna dia ketakutan liat kamu marah kaya gini. Ingat juga baby J." Ucap Arthur yang menyudahi permakian Agatha ini.
"Oke sebentar, oh ya saya pastikan kamu juga di penjara."
"Tha- Aku cuma pecat dia dan gaakan pernah dapat pekerjaan lagi setelah keluar dari rumah Papi sama mami." Ujar Arthur bingung, tangan nya tak lupa memegang tangan Anna agar merasa tenang.
"Oh ya lalu siapa yang mengambil banyak perhiasan di dalam kamar mami dan kamar aku? Siapa sih yang masukin garam sangat banyak ke dalam makanan yang jelas-jelas papi gabisa makan banyak garam? Siapa coba aku tanya Putri." Ucap Agatha dengan meremehkan lagi.
"Gabisa jawab kan? Saya tau Put kamu emang berniat buruk tiga tahun belakangan ini namun selalu gagal karena saya selalu bilang sama mami papi, makanan yang kamu masak selalu mami dan papi buang bukan di makan."
"Saya tau saya tidak sopan berbicara seperti ini pada orang yang lebih tua tapi kali ini kamu bener-bener keterlaluan."
"Jangan senang dulu karena kamu gak akan di penjara, gabisa di bayangin dong ibu dari anaknya melihat anak di eksekusi mati oleh pihak penjara? Kamu akan merasakan itu Putri."
"Maksudnya kamu tau apa yang saya perbuat selama bekerja di rumah nyonya dan tuan?"
"Apa sih yang saya tidak ketahui di rumah mami sama papi? Saya udah gak ngerti lagi deh, jagain mereka jangan sampai mereka kabur kalau lengah kalian yang akan dapat hukuman dari saya ingat itu." Ucap Agatha mengancam para bodyguard yang sedang berjaga.
"BAIK NYONYA!" Jawab mereka serempak.
Setelah itu Agatha, Arthur dan Anna keluar dari ruangan khusus yang sering di pakai oleh Arthur untuk berbagai penyekapan, jujur Agatha pertama kalinya melihat ruangan itu, ruangan yang seram bahkan di penuhi dengan pajangan tulang kerangka yang entah Arthur dapatkan dari mana.
Anna sedikit takut berada di dekat Agatha bahkan sebelumnya Anna membatin bahwa Agatha kalau sudah mengamuk semuanya jad kacau dan Agatha terlihat seram.
"Jangan takut sama bunda ya Na, bunda gaakan gitu ke kamu kok bunda gabisa tahan emosi aja tadi jadi meledak deh. Lain kali kalau ada gitu lagi jangan ikut ya?" Ucap Agatha lembut.
"Iya bun, cuma bunda serem kalo marah kaya gitu." Jawab Anna ia terkekeh kecil melihat sang bunda memasang wajah marah bohongan.
Arthur terkekeh mendengar jawaban Anna, ia setuju dengan Anna. Kali ini ia tidak berani berbuat lebih yang menbuat Agatha marah seperti beruang yang kelaparan.
Ia hanya berharap calon anaknya tidak sesarkas Agatha saat berbicara nanti, mengingat Agatha membentak sedang hamil Baby J.
••
Tenang double kok hehe
Jangan lupa vote dan komen ya 30+ komen loh harus.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNDA ATHA
ChickLitEND | REVISI •Follow dulu sebelum baca• Menjadi orang tua sambung itu terbilang cukup sulit, apalagi jika anak-anak yang tidak menyukai, sungguh terasa semakin sulit. Itulah yang di rasakan oleh Calina Agatha perempuan berusia dua puluh tujuh tahu...