Aku terpejam tanpa raga ...
Menikmati desiran tanpa nama ...
Menguntai rindu tanpa kata ...
Walau kini berujung duka ...Jejak kita masih ada, pada tanah di padang merah ... meski kini kau berubah, namun cintamu kan tetap megah.
Rintihan hujan tak kau dengar ...
Suaraku tak kau acuhkan ...
Rinai air mata mengalir tanpa sekat ...
Salahkah aku yang jatuh terjerat?Jangan jauh wahai hatiku, aku terjerat dan sudah terikat. Tetap disini wahai hatiku, karena kamu bagian tubuhku.
***
Lagi-lagi aku mengenangnya, meski kini waktu telah berbeda. Bagaimana bisa hatimu mendua, bila dirimu masih menyimpan cinta?
Racun cintamu tak mampu membuatnya berpaling, pun dengan bisa yang telah kau siapkan. Racun takdirmu tidak menyentuhnya, sekali pun kamu merobek raganya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...