Duhai jiwa yang patah, sungguh ragamu tak kan berubah. Kau memikirkan dirinya tanpa arah, tidak kah kau iba dengan gundah?
Duhai jiwa yang patah, ragumu tak akan membuncah, pun dirimu pasti kan terduduk pasrah. Maka kembalilah, kami menantimu dengan berserah.
Duhai jiwa yang patah, langit tak kan mati menantimu berubah. Cukup kehadiranmu yang mampu merubah. Merubah rapuh cinta menjadi gagah.
***
Aku terbakar darah matang
Entah di buru sampai ke seberang
Sayatan raga tak lagi bermakna
Seketika gelap enggan berombak
*
Luapanku telah ku muntahkan
Pun tandukku tak mampu ku masukkan
Dimana letak fikiran zaman?
Beradu laku kau jatuhkan
*
Kiranya limbung engkau berbalik, mencoba menilik meski tanpa bersit. Jangan congkak dirimu manusia, karena lajumu tak akan lama.
Salahkan dirimu yang tak tahu laku, pun watakmu yang makin membatu. Kami muak dengan adabmu, sungguh kami kan mundur satu persatu.
Kami mencintai kalian duhai kawan, tapi sakit hatinya ini tak kan mudah di pulihkan. Sungguh kami patah dari yang terdalam.
***
Curahan hati yang patah karena para PLAGIAT.. (×_×)
20.02.2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...