Pasir Bergaung

1.9K 29 1
                                    

Seketika duniaku kembali berpusat padanya. Ya, pada dirinya. Aku menikmati kehadirannya dalam waktuku. Dalam sudut hati yang masih lama tanpa debu. Meski jarum jam menggantikan waktu, aku sadar bahwa dirinya kan tetap menungguku.

Butir pasir itu akan tetap ada, meski gurun tak lagi dalam sahara, sekalipun oase bak fatamorgana, namun ku yakin semua kan tetap sama.

Jarum hidupku telah berputar menuju tempat yang temaram. Berharap sebuah sinar mampu menemani hingga sang surya muncul di peraduan. Sayang sungguh malang, keduanya kini jauh tertinggal.

Pada malam yang menggantikan siang, kau titipkan sebuah pelita untuk ku jaga, mengikat harap untuk kau lihat, meski akhirnya diriku yang meratap.

Semua tak akan terulang, meski ku coba meraih peluang. Satu hal yang kau yakinkan, bahwa posisiku tak tergantikan.

Putihku berjalan menuju hitam, angin mengikuti membawa kenangan. Jauh ... entah dimana letak sang tuan, yang bersedia merengkuhku sebelum bertemu jurang.

Hampa yang kau tombak kini terkoyak, menyulut jiwaku yang lama terikat. Diam, semua berdiam di tengah himpitan. Tanpa satu pun yang mencoba berjuang.

Aku merdeka membebaskan dirinya, namun tidak begitu dengan jiwanya. Kemerdekaan yang ku gaungkan hanyalah semu, karena nyatanya aku tak akan mampu.

Sebuah GarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang