Satu januari menjadi awal semuanya. Awal di mana kamu akan kembali pada tempat semula. Yang entah kapan akan datang untuk bersua.
Detik yang tak berhenti seakan membenarkan bahwa kita memang berbeda. Mungkin hanya diriku saja yang terlalu berharap kata berdua untuk kita.
Aku tidak meragu, sekali pun kamu membunuhku. Karena yang ku ragukan adalah jiwamu, sanggupkah kamu kehilangan aku?
Aku mungkin bukan wanita pemula, karena sekarang aku adalah nomer dua. Namun ku yakin bahwa di dalam hatimu, aku kan selalu menjadi yang pertama.
Aku mampu mendengar jeritanmu.
Aku mampu membaca hatimu.
Aku mampu melihat warnamu.
Aku pun juga mampu berbicara bahasa diammu.
Namun sayang, hanya satu yang tak bisa ku lakukan.
Aku tidak mampu untuk menahanmu.
Menahan rindu yang bergumul di setiap waktu.
Waktu yang perlahan menuntut balas, tetapi detiknya enggan berputar.
Jika indah ragawimu adalah surga, maka hatiku yang tulus ini adalah pesonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...