Tahukah kamu, apa yang ada namun ternyata tidak ada?
Tahukah kamu, apa yang ternyata ada namun terasa tak ada?
Tahukah kamu, apa yang selama ini ada ternyata hanya sisa?
Tahukah kamu, yang pada akhirnya jawaban semua pertanyaan itu adalah kamu dan luka.
Kamu berjalan menggenggam erat obor abadi melewati pematang yang membentang dari atas sana hingga ujung kaki, tanpa sedikit pun kamu menoleh untuk menerangi ini.
Ini yang kamu sebut akan tetap sama dan selalu? Sungguh aku sangat bodoh karena terbuai ucapanmu.
Ku tunjukkan sedikit terang, namun dengan mudahnya kamu tenggelamkan. Lantas yang ku pertanyakan, Dimanakah guna terbit jika kamu mampu mempercepat senja?
Benar, aku memang bukan sebuah benteng kuat yang mampu bertahan dari semua gempuran. Namun, aku pun juga bukan seorang banteng yang dengan mudahnya kamu tunjukan kibaran perang.
Aku adalah aku yang selalu begini dari waktu ke waktu. Sedangkan kamu, kamu adalah pemburu waktu yang gencar mencari sosok baru.
Jujur aku lelah untuk menantimu, namun aku tidak menyerah untuk tetap berdoa yang terbaik untukmu.
Jika memang sebuah ada adalah awal mula sebelum tiada, maka aku rela hilang dalam masa yang berujung tanpa batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...