Aku terjerembab di kabut malam.
Termenung menantimu yang enggan datang.
Sedikit luka sayatan masih ngilu terasa, bertanya dalam diri betapa dirimu tega.
***
Kabut malam menuntunku pulang.
Namun ku tahu, sang kabut salah jalan.
Perlahan dalam kelam, aku meraba sesuatu yang terasingkan.
Hujan, apakah benar itu hujan? Ataukah sebuah syair rintihan?
***
Diam..
Tak sedikitpun ada jawaban.
Walau ku sadar sang mentari berada di balik awan.Marah!
Tak ada lagikah yang lebih parah?Aku bukan sapi perah, yang menghasilkan rindu berdarah!
Aku bukan gemuruh, yang membuat hidupmu ricuh.
Aku juga bukan Sinta, yang menanti seorang Rama.
Aku hanya budak biasa, yang berharap menjadi legenda.
***
Sungguh merindumu itu membuatku meradang, walau aku tak mendiami padang gersang.
Namun sayang, sekalipun aku bilang, kamu tetap tak kan mendengar. Karena hidupmu tertutup hingar bingar.
Jika aku sanggup membeli waktu, kan ku beli waktu dimana kamu berada di sisiku.
Karena hal yang terindah, adalah saat berdua menjadi kita.
***
Hai readers! Big thanks untuk kamu yang udah nge-vote dan komen di tulisan ini.
I know it's totally absurd, right? But, yeah.. this is my 'abstrac words'.
Aku gak tau apa yang aku tulis disini, semuanya aku tulis secara spontan. Jika tulisan aku membosankan, mohon maaf sudah mengecawakan.
Part yang ini spesial aku dedikasiin utk my sissy RK.Tirta ,,,
Makasih Mbak RK utk supportnya.! :*
Berhubung upload nya dari ponsel, jadi gak bisa nge dedicated otomatis.. :'(Well, udah kebanyakan ngomong, hehe. Enjoy guys.!
Thank you.. ^_^
*Arplebyl*
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...