Ku lihat mataku dalam matamu, begitu pekat menjemput gelap
Tangisan itu masih ku ingat, sesaat kau berbalik mengejar ombak
Lambat laun kesunyian menyergap, asaku jatuh tak tertangkap
Kau berlari bersama ombak, sedangkan disini rusukmu meratap
Aku ini rusukmu, tidak kah kamu merasakan itu?
Aku ini kepingan utuhmu, tidak kah kamu pahami itu?
Aku ini milikmu, tidak kah kamu menginginkaku?
***
Karma lara berdendang gila
Lembab menyayat rongga tergelap
Jiwa yang goyah, melebur mati dalam pasrah
Di atas lutut kau tertunduk tak berdaya
**
Congkakmu perlahan membatu
Pun dagumu terjatuh tanpa bantu
Kemanakah harta saudagar kaya?
Hina tertatih di lembah cinta
**
Ku bakar cinta tanpa seonggok raga
Ku tiup sangkakala hidupkan derita
Matikan dia yang lancang datang
Karena ku bukan ilalang jalang
***
17.02.2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...