Duhai pengisi hatiku, akhirnya aku menyerah untuk menahan rindu ini. Aku tak bisa menembus batas untuk menggapaimu. Mungkin hanya sampai disini kemampuanku.
Duhai pengisi hatiku, meski aku tidak lagi berlari mengejarmu, namun percayalah semua perasaanku itu, benar besar tanpa ragu.
Aku teramat cinta hingga terasa sulit untuk melepasmu. Jika aku di bolehkan jahat, ku ingin mengikat ragamu agar tetap bersamaku. Aku yakin sepenuhnya hatimu itu hanya untukku, tapi mengapa tidak dengan ragamu?
Kau berusaha kuat membahagiakan dia yang bertahan untukmu. Tapi tidakkah kau lihat aku ini, sayang? Aku pun melakukan hal yang sama.
Kau tidak tahu betapa susahnya aku bersandiwara, menganggap diriku tegar dan mampu tanpa topangan. Tapi lihatlah gadismu ini sayang, aku rapuh.
Kau bahkan teramat tahu bagaimana aku menyembunyikan ini semua, tapi mengapa kau tega bersikap bahwa aku mampu seperti dewa? Gadismu ini manusia, sayang.
Kau mengenalku bukan dalam sekejap, pun aku mengenalmu saat kita masih berseragam dulu. Berawal kau menduakan aku, kemudian mengejarku, dan kini meninggalkan ku.
Kau berkata janganlah aku bersedih. Kau berkata bahwa kau pun sakit melihatku menangis. Tapi lihat diriku sekarang, sayang, aku hanya bisa menangis di hadapanmu. Di dalam pelukanmu. Dan dengan lembutnya kau mengusap kepala dan bahuku yang bergetar. Aku merindukan itu.
Kau adalah rumah untukku. Tempat ternyaman yang mampu menentramkan. Tidakkah kau ingat ucapanku itu?
Kau kerap mengingatkan padaku, tidakkah aku bosan menangis di hadapanmu? Dan selalh ku jawab, tidak. Aku tidak bosan. Seluruh kepingan sandiwara ketegaran, lenyaplah sudah dalam sebuah tangisan. Kau mendekapku penuh sayang.
Kau yang dalam diammu di penuhi kesabaran, ternyata di sudutnya menyimpan keraguan.
Kau..
Kau biarkan aku lepas dari pantauanmu.Kau biarkan aku tetap bersandiwara tanpa menyuruhku pulang kepadamu.
Kau biarkan aku menunggu tanpa kepastian untuk menjemputku.
Kini kau biarkan aku luluh lantak di hantam lembaran baru.
Hatiku remuk redam. Untuk melupakanmu saja aku kesusahan.
Dari gadismu yang kini makin bisu.
D.A
***
13.07.2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...