Datang tampak muka, maka pergi tampak punggung..
Jika dahulu kau datang dengan sebuah kata, maka berikan Dia sebait aksara..
Dia yang tak pandai membaca laku, mohon jangan berikan Dia bahasa bisu..Cinta..
Dalam ranah berbeda dialek bahasa, kau tunjukkan pada Dia betapa besar sebuah asa..Waktu yang tak akan mundur, seakan menghukum Dia yang terlanjur jatuh padamu..
Kau berucap mencintai Dia, namun kini kau mengacuhkan Dia..
Rindu Dia selalu untukmu..
Tapi mengapa durinya kau tusukkan pada Dia?
Dimana sedikit rasa pedulimu?
Atau memang hanya Dia yang layak mendapatkan satu?Satu..
Satu hati yang terbungkus duri..
Duri kelabu bernama pilu..Kau gulung hati Dia pada kehampaan..
Kemudian kau hempaskan tubuh Dia dalam jurang ratapan..
Sungguh Dia akan tetap bertahan, bahkan jauh sebelum hendak kau jatuhkan..Sungguh, Dia menunggumu dalam biru yang tak akan berubah merah..
Bahkan dalam merah yang tak mungkin bergerak pada jingga..
Atau sekedar hembusan biru pada selimut rindu..
Dan sungguh, Dia itu adalah saya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoetryAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...