Jika aku kembali, mampukah aku tidak runtuh?
Katakan padaku Abran, bagaimana mengusir pahit yang jelas masih tersimpan?
Padanan kata 'kita', apa itu masih ada?
Percuma ku menahan pilu, jika setiap kata-katamu menerkam rindu.Aku bukan lotus yang setia berdiam untuk di kagumi. Meski hembusan angin kerap menyibak riak kecil, getarannya mampu membuatku goyah barang sejenak.
Aku bukan mereka yang bersedia menerima sakit namun tak mampu membuatkan rakit.
Aku bukan pengiba agar dewa berbelas kasih memberiku masa.
Aku hanyalah raga tanpa suara, mendikte hari melalui ratapan sunyi.
Kenaifan menjadi tamengku tuk menatap nista yang penuh muslihat cinta.
Cinta yang berbunga jelaga, perlahan kan karam di telan kegetiran.
Sedangkan aku, apa yang bisa ku karamkan?Katakan Abran, katakan!
Rakit yang kau buat, sudah hancur bersama hantaman ombak yang membuatku terdampar.
Bahkan dirimu pun tak mampu menemukanku yang selalu memanggilmu.
Dan kini, aku berpijak dengan jiwa amarah pada negeri beruang merah.***
06.03.2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Garis
PoesíaAku hanya kembali pada titik awal. Jika kau beranggapan aku pergi, kau salah besar. Aku masih disini, berdiri di belakang sebuah garis yang sudah jelas terbentang. Garis yang menyadari bahwa kamu dan aku tidaklah sama. Ku akui, aku pernah melampaui...