24 - Dibalik Amplop Cokelat

854 137 42
                                    

>>>

"Yeobo! Akhirnya kita berhasil mendapatkannya!" teriak Soojung yang tiba-tiba masuk ke ruangan kerja Jongin dengan wajah sumringah. Pria itu kontan mengangkat wajahnya saat Soojung berlari ke arahnya kemudian duduk di atas meja lalu memeluk Jongin erat.

"Hei, hati-hati sedikit. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"

"Aku hanya ingin segera berbagi kabar baik ini denganmu. Kita sudah mendapatkan investor yang tertarik untuk bekerja sama. Aku bahkan sudah membuat janji temu dengannya lusa nanti. Kau harus ikut yaa..." Soojung menunjukkan balasan surel pada layar ponselnya.

Jongin menaikkan sebelah alisnya saat menatap layar ponsel tersebut, "Shin Sooyeon? Itu nama investornya?"

"Euhumm... aku sudah berbincang banyak dengannya lewat telepon. Ternyata orangnya sangat menyenangkan."

"Tapi tunggu dulu... aku tidak salah baca, kan? Bulhwa Grup? Perusahaan di bidang makanan? Bukankah itu perusahaan besar? Kenapa mereka mau berinvestasi di tempat kita?" tanya Jongin yang menatap bingung pada Soojung.

Soojung mengangguk pelan, "Iya, kau benar. Awalnya aku juga agak kaget saat mendapat email dari mereka jadi aku menelepon ke sana untuk memastikan. Customer service-nya lalu mengubungkanku dengan Nona Shin Sooyeon dan dia bilang mereka sama sekali tidak salah kirim surel, kok. Mereka memang tertarik pada perusahaan kita."

Sepasang alis Jongin bertaut, ia pun berpikir sejenak. Agak mustahil rasanya kalau hal ini disebut sebagai kebetulan semata. Bukannya ragu pada kualitas dokumen proposal dan perusahaan yang dibuatnya, hanya saja memang dalam dunia bisnis ini sangat jarang bahkan hampir tidak mungkin terjadi.

"Boleh aku tahu dimana saja kau sudah menawarkan proposal ini?" tanya Jongin dengan raut wajah serius.

"Di grup alumni kampus... dan beberapa email ke perusahaan. Aku belum berani membuat penawaran umum di pasar modal sebelum aplikasi yang sedang dikerjakan oleh Jinyoung dan Namjoon selesai. Aduh, aku bahkan masih tidak menyangka kalau dua temanmu itu mau bergabung dengan kita."

"Apa kau juga mengirim surel ke Bulhwa?"

"Ti-dak. Aku hanya... Ya! Sebenarnya kenapa, sih? Kenapa curiga begitu? Memangnya ada yang salah dengan mereka? Aku sudah memastikannya. Ini bukan tipuan dan surel itu asli. Kau lihat sendiri kan surelnya?" Soojung berujar diiringi ekspresi kecewa karena tak mendapat respon positif dari Jongin.

"Bukan begitu. Aku hanya ingin memastikan kalau ini bukan bantuan dari Ibu lagi. Kau tahu kan soal permintaan Ibu untuk mengurus Hotel Arcadian? Aku sudah menolaknya minggu lalu dengan alasan ingin fokus mencari investor SooIn. Aku khawatir Ibu sengaja melakukan ini lagi untuk membuatku bekerja di Arcadian secepatnya." kata Jongin sambil menekan dahinya dengan ujung jari.

"Kau sudah menolaknya? Kenapa tidak cerita padaku soal itu? Aku kan sudah bilang untuk menerimanya. Mengapa kau malah melakukan hal sebaliknya? Jongin-ah, apa kau tidak kasihan pada Ibu? Ibu pasti sangat kesulitan untuk mencari orang yang bisa dipercaya."

"Apa Ibu menelepon untuk memaksamu meyakinkanku soal ini? Tidak. Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak akan meninggalkanmu mengurus ini sendirian." tolak Jongin seraya mengalihkan tatapannya dari Soojung.

"Kata siapa? Ibu tidak pernah meneleponku perihal ini. Aku hanya memikirkan kesehatan Ayah, Ibu serta nasib hotel itu. Bukankah ini satu-satunya cara untuk berdamai dengan Ayah? Aku... tidak mau terus-terusan jadi keluarga yang tidak dianggap, Jongin-ah..." ucap Soojung lirih yang membuat Jongin menatap iba padanya. Pria itu lalu berdiri dari posisi duduknya kemudian menyentuh lengan Soojung.

"Mengapa kau berkata begitu? Tanpa melakukan hal itu pun kau sudah bagian dari keluarga Kim sejak aku menikahimu. Bukankah alasanku sudah jelas? Aku melakukan ini karena aku tidak ingin melihatmu terlalu sibuk mengurus ini sendirian." ujar Jongin yang kemudian menangkupkan wajah wanita itu dengan kedua tangannya.

Way Back Into Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang