Jangan lupa vote..
"Hai!" Sapa Irene kepada Seulgi.
Saat ini Seulgi dan Irene tengah berdiri dipinggir danau buatan. Sebenarnya hanya Seulgi saja, tapi datang dari mana, Irene sekarang berada disebelahnya. Padahal mereka tidak membuat janji. Jodoh memang begitu bukan?
Seulhi menyetengit bingung, "Bu guru? Bu guru kenapa bisa disini?" Tanya Seulgi bingung sekaligus kaget.
Irene menggidikkan bahunya, "Tidak tahu. Aku datang kesini kalau aku sedang penat dan banyak pikiran saja.."
Seulgi mengangguk-ngangguk, "Ohh.."
"Apa kau sedang merasa penat atau suntuk mungkin? Makanya datang kesini" Tanya Irene penasaran.
Seulgi kenbali menatap kedepan. Tangannya dia lipat di dadanya, "Ya.. Suntuk, lelah, kesal, marah menjadi satu"
"Kenapa? Apa yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Irene penasaran.
Seulgi menoleh kearah Irene, menatap mata berbentuk almond itu intens. "Kau tahukan kalau realita itu tak seindah ekspetasi? Itulah yang aju alami saat ini"
Irene mengangguk mengerti, "Yaa, aku juga mengalaminya saat ini"
Suasana hening kembali menyelimuti mereka berdua. Seulgi yang menikmati angin segar yang menerpa wajah rupawannya dan Irene yang sibuk dengan pikirannya saat ini. Pikiran yang selalu menjanggal dibenaknya.
"Minju sama Juwi gimana kabarnya? UTBK sama sidang skrupsinya Juwi mulai kapan?" Tanya Seulgi memecahkan keheningan diantara nereka.
Irene menoleh kearah Seulgi, "Minggu depan lagi. Mereka sibuk banget sekarang. Kalau Tzuyu, dia sibuk buat skripsi untuk sidang skripsinya"
"Kalian bertuga orang yang hebat" Puji Seulgi sambil tersenyum tipis.
Irene tersenyum kecil, "Ya mau bagaimana lagi? Aku satu-satunya anak tertua dikeluarga ini. Jadi aku harus selalu membantu adik-adikku"
Seulgi mengangguk mengerti, "Ya.. Kau hebat bisa memposisikan dirimu diberbagai dituasi. Bisa menjadi ibu, guru, sekaligus ayah.. Kau hebat" Pujinya lagi.
Idene tersenyum malu-malu, "Makasih" Cicitnya.
"Kau memiliki teman?" Tanya Irene tiba-tiba.
Seulgi menatap Irene aneh, "Punya. Memang kenapa?" Tanya Seulgi bingung.
Irene tersenyum lebar. Dia mengangkat jari jelungking tangan kanannya kearah Seulgi, "Mau berteman? Ah! Maksudku bersahabat denganku?"
Dahi Seulgi semakin menyerengit bingung dengan sikap wanita cantik didepannya ini. "Ha?!"
Irene mendengus kesal, "Ayo bersahabat!"
Seulgi terkekeh kecil. Tangan kirinya terangkat menepuk-nepuk kepala Irene lembut dan menyatukan jari kelingking mereka. Diikuti menyatunya jari telunjuk lalu ibu jari lalu sama-sama menerbitkan sebyum lebar.
"Jadi dengan ini kita berjanji satu sama lain gitu?" Tanya Seulgi sambil mengangkat penyatuan jari mereka.
Irene mengangguk semangat, "Ya! Mulai sekarang kita sahabat yang tidak boleh menyembunyikan sesuatu dan tidak boleh terpisahkan!"
Seulgi tersenyum tipis, "Kenapa mendadak sekali bu guru?"
Irene menyenserkan punggungnya di senderan kursi taman, "Hanya ingin menjadi teman. Teman-temanku pada somplak semua! Akhlaknya ketinggalan dirahin mamanya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
FAGATENA ✔
FanfictionMENGANDUNG KATA-KATA KASAR ⛔⛔ Tim Lee Suho atau Han Seojun? Tim straight atau belok? Tim manis, humoris, dan perhatian atau dingin, cuek, tapi diem-diem perhatian pake banget? So, kalian tim Suho Devaska atau Seulgi Naralea?