31.

1.5K 251 14
                                    

Jangan lupa vote..


































"Apa?! Joy hilang? Kok bisa?!" Seru Seulgi kaget.

"Gue juga ngga, Gi! Tiba-tiba aja ilang aja kek nyamuk mau ditepok" Seru Hanbin ikutan panik.

Sehabis pulang dari Bali waktu itu, Seulgi dan Hanbin berencana memata-matai Joy yang terlihat sekali sangat mencurigakan itu. Apa lagi Hanbin pernah mengatakan kalau Joy menelpon seseorang dan menyebutkan nama Irene. Disitu Hanbin sudah was-was sendiri.

Rose selaku detektif yang Seulgi percaya ikut membantu menyelidiki kasus itu bersama Hanbin dan Seulgi yang mau tidak mau ikut turun tangan membantu sahabatnya itu dengan dorongan traktir makan selama satu tahun, dan tentu saja Seulgi yang membayarnya.

Seulgi mengerang frustasi, "Fak, fak, fak! Oasu!! Piye iki lur, lur" Pekik Seulgi sambil rol belakang di kasurnya.

Hanbin loncat ke kasur Seulgi, "Gi! Telphone Rose suruh dia kesini. Cepet-"

"Gi?" Panggil Jaebum sambil membuka pintu kamar Seulgi.

"Lo yang nelphon" Suruh Seulgi datar sambil melirik pintu kamarnya. Hanbin mengerti dan mengangguk lalu mengirim pesan kepada Rose melewati WA.

Seulgi bangun dari kasurnya berjalam menuju pintu kamarnya yang terdapat sang kakak yang berdiri. "Ada apa kak?" Tanya Seulgi dingin.

Jaebum tersenyum manis, "Ikut kakak dulu yu-"

"Seulgi sibuk kak Jae. Habis ini Seulgi sama Hanbin mau ke rumahnya Lisa sama Rose" Sahut Seulgi cepat.

Jaebum diam-diam mendengus dan tertangkap oleh mata tajam Seulgi. "Ayo Gi, kakak juga ajak Doyeom sama Yeji ikutan. Kita makan di restorannya oma"

Seulgi menggeleng tegas, "Tidak. Mending kakak keluar deh. Seulgi sibuk!" Ujar Seulgi kesal dan mendorong kakaknya keluar.

Benar-benar salah. Kenapa mereka membicarakan hal ini di rumahnya? Bodoh!! Padahal ada satu orang yang dia curigai di keluarganya.

Setelah kakanya pergi, Seulgi menarik Hanbin dan mengambil tas ranselnya. "Ada apaan? Gue belom ambil makanan woy!" Pekik Hanbin sambil berusaha melepas cengraman Seulgi.

Langkah Seulgi berhenti dan menatap Hanbin tajam. "Kakak gue denger percakapan kita tadi" Ujar Seulgi sambil berbisik ditelinga Hanbin.

Jari telunjuknya menunjuk pintu kamarnya yang dia kunci, "Didepan sana.. Kak Jae menempelkan kupingnya di depan pintu" Ujarnya pelan.

Seulgi mebatap Hanbin yang sedikit mengerti dengan keadaan. "Kita dalam bahaya, Hanbin.." Bisik Seulgi hampir tak bersuara.

Dia menjauhkan wajahnya dari telinga Hanbin. Menatap lekat wajah sahabat yang dia percayai saat ini. "Cuma lo yang bisa gue percaya. Jadi gue mohon lo tutup mulut akan hal ini.."

Hanbin mengangguk takut, "Oke.."

Seulgi kembali mendekatkan wajahnya ditelibga Hanhin. "Jujur kalo ini semua lo dan kak Jae yang ngerencanain.." Ujar Seulgi tegas sambil mencengkram erat pergelangan tangan Hanbin.

Mata pria bermata monoloid itu seketika melotot mendengar ucapan Seulgi. Bahkan badan pria itu juga ikut gemetar seiring mata monoliod Seulgi menatapnya dengan tatapan mengitimisasi yang tajam.

"Lo kira gue ngga tau rencana lo mengalihkan semua isu ha? Gue tahu dan paham, Bin.. Gue ngga senaif yang lo kira" Ujar Seulgi sambil memojokkan Hanbin di tembok kamarnya.

Hanbin menelan ludahnya kasar, "Maksud lo?!" Pekik Hanbin tertahan.

"Gue ngga butuh alasan lo lagi penghianat! Sekarang lo ikut gue kepengadilan. Bukti udah cukup-"

FAGATENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang