Tema:
Buat karya dengan membayangkan tokoh/diri Anda menjadi NPC (non-playable character) di dunia baru.Genre:
Fantasi (lagi, soalnya temanya "dunia baru") atau mungkin familyEh, Hayalan itu udah dunia baru meski bukan isekai!
Oke fix, setting tetap di Hayalan.
****
Lembayung jingga lagi-lagi memancar di langit barat. Danau Utara beriak pelan ditingkahi angin sore, memantulkan warna-warni angkasa.
Sudah kuduga, suara langkah itu kembali terdengar. Dua orang mendekat, menyibak rerumputan tinggi yang hampir sepinggang—atau bahkan sebahu—mereka.
"Petik bunganya, arahkan ia ke cahaya matahari senja."
"Lalu?"
"Entahlah, yang penting 'kan kamu minta keajaiban." Suara si perempuan mendekat. "Siapa tahu, keajaiban itu benar adanya."
"Maksudnya …." Suara si laki-laki tercekat. "Kalau bunga itu bersinar, terus kenapa? Apa pengaruhnya?"
Si perempuan terdiam. Bisa kulihat ia berjongkok, lantas meraih bunga di sebelahku. Masih membisu, ia rentangkan tangannya ke depan, mengarahkan bunga itu ke arah matahari tenggelam. Hal yang selalu kulihat itu terjadi lagi.
Bunga itu berpendar.
Si perempuan meniupnya. Serbuk-serbuk cahaya seketika beterbangan. Tiap menyentuh kelopak bunga lainnya, ia menularkan cahaya.
Padang rumput ini bercahaya.
"Kak … ini beneran toh?"
Si perempuan menoleh sambil tersenyum. "Sudah kubilang, ada sesuatu di sini."
Tangan si laki-laki kini meraihku. Mencabutku dari batang pangkalku. Meniru yang dilakukan kakaknya, ia meniupku. Butiran cahaya seketika berkerumun, lalu beterbangan seiring angin sore yang bersemilir pelan.
"Bunga Cahaya …." Ia bergumam, lalu menoleh ke kakaknya. Aku tahu, ia terperanjat. "Kak! Kenapa?!"
Sang Kakak masih berdiri tegak, menggenggam bunga di hadapan wajahnya. Ia menutupi sesuatu. Air mata.
"Kakak …!"
Perempuan itu menggeleng, lalu menoleh, tersenyum hangat. "Kenapa?"
"Kakak yang kenapa!" Cengkeraman si laki-laki padaku kian erat. "Kakak nangis!"
"Eh, yah …." Perempuan itu mengusap matanya, mungkin memutuskan tak lagi menyembunyikan tangisannya. "Saat cahaya tadi menyentuhku, bisa kulihat kilasan lalu. Kecelakaan tak masuk akal itu …."
Hening.
"Aku rindu Ummi dan Abi. Aku sudah berusaha, tapi bunga ini mengingatkannya. Bunga ini … menyimpan ingatan. Bunga Kenangan."
Bunga Kenangan.
Aku, dan semua teman-temanku, tak bisa melakukan apa pun. Kami hanya bunga. Kami diam di sini, tidak jelas hidup atau mati, tumbuh atau berhenti. Kami penjaga. Menjaga ingatan. Menyimpan kenangan. Menjadi patokan bagi mereka yang hilang arah. Kami adalah pertemuan dimensi, dunia yang saling paralel. Kami ada, kami tetap dalam kondisi sama, meski tahun dan dimensi berganti.
Memori anak laki-laki ini janggal. Ia melupakan banyak hal. Aku mengetahui dan menyimpannya meskipun ia tak lagi ingat. Lalu, bagaimana dengan bunga yang digenggam sang kakak? Cahaya darinya sempat mengenaiku, membuatku mengetahui isi hati Kakak.
Sang Kakak, si perempuan itu. Anak yang terlahir dengan mata merah. Yang takdirnya sudah digariskan menurut buku fisik buatan manusia, yang menjelma menjadi kekuatan yang harus dikalahkan.
Anak itu?
Ia masih sepuluh tahun usianya. Sangat belia. Bisa apa ia melawan perwujudan kecemburuan—Clara?
Aku, kami, Bunga Kenangan, memegang memorinya, memori mereka. Kalaupun mereka menua, kami bisa mengetahui bahwa mereka adalah anak-anak yang dulunya begitu rapuh, meski salah satunya digadang-gadang bisa mengalahkan Clara.
Kami, Bunga Cahaya—bukan, Bunga Kenangan, bunga-bunga diam yang menyimpan ingatan.
****
***
**
*(Kembali ke Tare)
".... Bunga ini bisa hidup di sini, padahal sangat lembap dan semua tempat terbuat dari batu," ujarku saat menyentuh setitik cahaya yang rupanya Bunga Kenangan. Bunga yang jika disentuh saat bercahaya bisa mengalirkan ingatan seseorang. Uh, tentu aku bukan Kakak, tetapi Kakak adalah bagian dariku. Aku bisa membaca kenangannya yang tersimpan di bunga ini.
"Bunga ini hidup? Bukan mati?" Deha muncul bersama Terra. "Enggak mungkin. Kemungkinan, ada yang baru memetiknya dan membawanya kemari … sebagai sumber penerangan."
"Sumber penerangan?"
Begitu melangkahkan kaki di lorong yang berbelok, tiba-tiba saja ruang lapang di hadapan kami penuh cahaya. Berbagai ingatan simpang siur di kepalaku, sementara Deha tampak kepayahan.
"Kenangan dari semua orang yang menyentuh bunga ini … menyerang kita!" seru Deha. Ia menggunakan Terra sebagai tameng. Batu itu bergeming.
"Bukankah ini aneh? Kalau begitu, ada yang baru saja memetik bunga-bunga ini dan membuatnya sebagai penerangan ruangan ini?"
Kami berpandangan. Pertanyaannya satu: siapa?
(Bersambung)
****
NPC-nya siapa?
Bunga Kenangan.
Petualangan kami akan terus berlanjut. Btw, aku sudah tidak merasa terjebak lagi. Aku enjoy berada di sini dan mendengarkan—juga membuat—cerita.
3/2/21
AL. TARE*Bunga Kenangan aka Flowers of Memories, universe We All Dance in Unity, tidak dipublikasikan karena ceritanya bikin pusing. Banget. AHAHAHA //gila
Ga bisa tidur kalo belum update jadi maaf ya kata-katanya ancur
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Hayalan (Again)
Random[Dalam rangka Daily Writing Challenge NPC] *Mungkin mengandung spoiler dari semua cerita Tare* Untuk memenuhi tuntutan tema, Tare bermain ke Hayalan, dunia imajiner buatannya. Niat hanya bertandang sebentar, ternyata ia harus melalui misi untuk bisa...