Tema: [ Pilih satu karakter dari cerita orang lain yang kamu suka (bisa novel baik sudah terbit fisik/digital, bisa film, series, bebas) lalu deskripsikan dia dari sudut pandang karaktermu. ]
Genre: ??? Sort of fantasy
Judul: Totoro
****
Bentar, Tare udah lama enggak fangirling-an. Dia kelelep di dunianya sendiri.
Setelah melalui sekat tadi, pemandangan Kota Gunung berganti dengan jalan desa yang sepi. Meski begitu, pemandangan yang terhampar tak kalah indahnya. Nun di kejauhan, hutan kembali tampak.
Danau Utara sudah dekat.
"Apa aku lagi-lagi melintasi waktu?" tanya Alba tiba-tiba. "Sensasinya sama."
"Wah, kamu mengingat apa yang kamu lalui tadi?" tanya Tora.
"Cuma samar-samar." Ia beralih ke tempatnya berpijak sekarang. "Benda apa ini? Apa dia juga mesin waktu?"
Aku ingin tertawa mendengarnya. Orang dari masa depan rupanya masih polos juga.
"Ini Terra," ucap Deha. "Dia ... semacam kendaraan. Atau, bisa dijadikan kendaraan. Kalau diam, dia hanya batu biasa."
"Aku penasaran," potong Tora tiba-tiba. "Dari mana kamu dapat ide soal Terra ini?"
Aku melirik Deha. Ia cengengesan.
"Terra itu penghuni pertama Hayalan," ucap Deha. "Dia ada di sini sebelum aku datang. Dia ... raksasa?"
"Enggak tahu terinspirasi dari mana, yang jelas, tiba-tiba, aku terpikir membuat makhluk-makhluk raksasa di sini," sambungku. "Ada yang hanya enam meter, sepuluh meter, dua puluh meter ... sampai enam puluh meter, dan Terra, tinggi alias diameternya 120 meter. Terra pemimpin mereka, yang akhirnya dinisbikan sebagai maskot."
"Maskot?" tanya Ivy tiba-tiba. "Maskot itu makhluk lucu-lucu yang biasanya melambangkan sesuatu, 'kan?"
"Ya, begitulah." Deha mengangguk. "Terra itu maskotnya Hayalan. Dia yang menyerahkan dirinya padaku!" Entah mengapa, Deha terdengar amat bangga.
"Kayak Totoro!"
Tunggu, kenapa dia tiba-tiba semangat begitu?
Mata Ivy berbinar-binar. "Totoro itu maskotnya Studio Ghibli. Dia besar, empuk, berbulu, dan ... bisa terbang pake gasing!"
".... Ya?" Tora keheranan.
"Aku enggak akan menyalahkan wujud Terra sekarang, tapi kalau dia empuk dan bukan batu begini, pasti bakal lebih nyaman."
Terdengar suara geraman dalam yang kontan membuat semua orang melonjak.
"Hayoloh, Ivy, Terra ngambek." Deha menahan tawa.
"Ma-maaf! Aku sayang kamu kok, Terra!" Ivy panik sendiri. Ia menepuk-nepuk tempat berpijaknya dengan panik.
"Enggak papa. Dimengerti." Deha yang menyahut. "Lagipula, orang kayak kamu sih ... sepertinya emang pengin terbang pakai gasing, ya?"
"Aku juga mau naik catbus!" Ivy masih belum selesai bicara. "Dia terlihat hangat, empuk, nyaman ... uh! Sayangnya, cuma ada di film."
"Kamu tahu, kamu ada di dimensi lain kalau sampai benar-benar menaiki catbus," ucapku. "Sebentar, aku enggak menyangka kamu fan Ghibli begini."
"Ah, itu ...." Ivy tiba-tiba gelagapan.
"Mungkin, Terra enggak bisa berubah wujud jadi empuk dan nyaman kayak keinginanmu itu." Deha mengelus permukaan yang ia duduki. "Tapi, dia adalah sosok paling loyal, dia memegang amanahku, kami, sejak pertama kali aku menapak ke sini sampai nanti aku pergi."
"Amanah?"
Aku menelan ludah. "Jangan bicarakan itu sekarang."
"Baiklah." Deha menunduk. Sejurus kemudian, ia kembali mendongak sambil menyeringai lebar. "Udah mau sampai."
Terra menembus hutan begitu saja. Keberadaannya yang antara ada dan tiada membuatnya tak mengikuti hukum alam.
"Assalamualaikum!" Deha tiba-tiba berteriak. Tak terdengar jawaban.
"Siap-siap turun. Pegangan semua!" seru Deha.
Terra sempurna berhenti. Sulur bunga kembali memanjang, menjangkau kami semua, lalu bergerak turun umpama lift darurat.
"Welcome to our first gate of adventure. Rumah Danau, Danau Utara, tempat tinggal Kakak dan Rehan."
*****
Day 7 - done
Siapa mau naik catbus? Aku sih mau.
Jkt, 7/2/22
zzztare
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Hayalan (Again)
Random[Dalam rangka Daily Writing Challenge NPC] *Mungkin mengandung spoiler dari semua cerita Tare* Untuk memenuhi tuntutan tema, Tare bermain ke Hayalan, dunia imajiner buatannya. Niat hanya bertandang sebentar, ternyata ia harus melalui misi untuk bisa...